Ini Alasan Ade Bikin Video Fasum di Majalengka Tak Ramah bagi Disabilitas

Sabtu, 18 Januari 2020 - 13:33 WIB
Ini Alasan Ade Bikin Video Fasum di Majalengka Tak Ramah bagi Disabilitas
Ade Mustika, menggendong putranya Rahmat Hidayat. Foto/Majalengka.Chanel
A A A
MAJALENGKA - Ade Mustika, warganet asal Desa Pasir Muncang, Kecamatan Panyingkiran yang membuat video tentang fasiltas umum (fasum) di Majalengka belum ramah untuk kaum disabilitas memiliki alasan kuat terkait video itu.

Dihubungi SINDONews, Ade mengaku cukup mengalami kesulitan saat ingin mengajak anaknya, Rahmat Hidayat (15 tahun) menggunakan fasum di beberapa titik di kabupaten berjuluk Kota Angin ini.

"Saya punya putra disabilitas ya. Ingin membawa anak untuk jalan-jalan di Majalengka itu sangat susah sekali. Karena memang tidak ada fasilitas umum untuk akses putra saya, juga untuk sekolah," kata Ade mengawali perbincangan dengan SINDONews, Sabtu (18/1/2020).

Di Kabupaten Majalengka, jelas Ade, mungkin tidak sedikit warga yang memiliki keluarga disabilitas. Namun, mereka belum atau tidak berani menyampaikan hal yang sama dengan dirinya.

"Mungkin bukan saya saja yang merasakan itu. Mungkin ada ibu-ibu atau orang tua yang merasakan seperti saya, tapi orang lain tidak memfublikasikannya," jelas dia.

Akhir-akhir ini, Pemda Majalengka memang sedang gencar melakukan pembenahan di beberapa titik. Namun, Ade mengaku belum pernah melihat disabilitas berada di titik-titik, menikmati hasil pembenahan tersebut.

"Saya juga merasa heran, kok tidak pernah bertemu dengan orang yang membawa keluarganya disabilitas jalan-jalan di Majalengka, belum pernah. Kendalanya apa, mungkin dari fasilitas juga, mungkin juga mereka malu dan sebaginya, saya tidak faham. Cuma saya pengen Majalengka itu memasilitasi fasilitas umum untuk disabilitas, itu aja sih," ungkap dia.

Selain fasum, Ade mengaku mengalami kesulitan saat akan menyekolahkan anaknya. Pasalnya, tidak ada sekolah yang benar-benar ramah terhadap anaknya yang mengalami disabiltas, tidak bisa berjalan.

Walhasil, saat ini Ade menyekolahkan Rahmat di Solo. Padahal, aku Ade, dia ingin Rahmat sekolah di daerah yang dekat saja.

"Saya coba mencari pondok pesantren dan sekolah SMP yang akses untuk putra saya itu tidak ada. Alhamdulillah putra saya untuk kecerdasannya tidak ada masalah ya, cuma tidak bisa jalan kaki aja," papar dia.

"Saya tuh merasa sedih banget, di Majalengka dan di Cirebon itu belum ada sekolah yang menjadi rujukan anak-anak yang disabilitas ya. (sekarang) Sekolah di Solo, kelas 3 SMP," lanjut Ade.

Dalam perjalanannya, Ade mengaku mendapat pengalaman yang cukup menyedihakan. Hal itu terjadi saat Rahmat akan masuk Taman Kanak-kanak.

"Hal ini juga saya diawali karena waktu TK, Dek Rahmat sekolah TK di sekolah umum itu ditolak, dengan alasan fisik. Dari situ saya mulai memperjuangkan Rahmat untuk punya prestasi supaya tidak ditolak lagi karena alasan fisik," papar dia.

Sebagai kabupaten yang sedang gencar melakukan pembenahan, Ade berharap Pemerintah bisa benar-benar memperhatikan disabilitas, dalam berbagai hal. Solo, dinilai Ade bisa menjadi rujukan untuk daerah ramah disabilitas.

"Majalengka ini kan lagi berkembang ya. Dengan berkembangnya, semoga fasilitas untuk disabilitas diperhatikan. Nanti bisa seperti Kota Solo yang ramah disabilitas. Saya kira, bukan tidak mungkin Majalengka juga bisa," pungkas Ade.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9556 seconds (0.1#10.140)