5 Negara Tuntut Iran Bayar Kompensasi Terkait Penembakan Pesawat Ukraina

Jum'at, 17 Januari 2020 - 09:07 WIB
5 Negara Tuntut Iran Bayar Kompensasi Terkait Penembakan Pesawat Ukraina
Warga Iran memprotes pemerintah yang dianggap berbohong dalam tragedi penembakan pesawat komersial Ukraina yang tewaskan 176 orang. Foto/REUTERS
A A A
LONDON - Insiden penembakan pesawat komersial Ukraina pekan lalu oleh Iran berbuntut panjang. Lima negara yang warganya meninggal menuntut Teheran untuk membayar kompensasi kepada keluarga para korban.

Lima negara itu adalah Kanada, Ukraina, Swedia, Afghanistan dan Inggris. Para menteri luar negeri kelima negara itu mengatakan Iran harus membuka penyelidikan internasional yang menyeluruh, independen dan transparan terbuka untuk negara-negara yang sedang berduka.

Sebanyak 176 orang di dalam pesawat Ukraine International Airlines meninggal setelah pesawat itu ditembak rudal pada Rabu pekan lalu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini, Teheran. Pesawat saat itu sedang terbang menuju Kiev, Ukraina.

Sekitar 57 dari korban adalah warga negara Kanada dan 138 lainnya terbang ke Kanada. Korban tewas juga termasuk 11 Ukraina, 17 orang dari Swedia, empat warga Afghanistan dan empat warga negara Inggris, dan sisanya warga Iran.

"Kami menilai Iran setiap hari, berdasarkan permintaan," kata Menteri Luar Negeri Kanada, Francois-Philippe Champagne, setelah pertemuan tersebut, seperti dikutip CTV News, Jumat (17/1/2020).

Pertemuan itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok. Dia bergabung dalam pembicaraan untuk memberikan pengarahan tentang pengalaman Belanda memimpin penyelidikan selama lima tahun atas penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 di atas wilayah udara Ukraina.Tragedi pesawat Malaysia kala itu menewaskan 289 orang yang sebagian besar warga Belanda. Hasil penyelidikan itu menyalahkan Rusia.

Dalam tragedi pesawat komersial Ukraina, kelima negara telah menuntut Iran untuk berurusan dengan mereka dalam memberikan kompensasi kepada keluarga korban, dan memastikan investigasi yang transparan terhadap jatuhnya pesawat.

"Komunitas internasional mengawasi. Saya pikir kami mengambil langkah positif pertama bahwa Iran mengakui tanggung jawab penuh," kata Champagne, yang diapit empat menteri luar negeri lainnya.

"Dari pengakuan itu, jelas, mengalir konsekuensi dan kami mengharapkan dan menuntut kerja sama penuh dari otoritas Iran dalam setiap langkah layanan konsuler, identifikasi jasad, penyelidikan dan penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab," ujarnya.

Polisi Kanada (RCMP), misalnya, membuat profil DNA para korban di Kanada untuk membantu Iran mengidentifikasi jenazah, namun sejauh ini belum menerima undangan resmi untuk membantu. Kelima negara juga menyerukan kepada Iran untuk menghormati keinginan keluarga para korban untuk memulangkan jenazah.

Iran sendiri menyatakan hanya segelintir korban yang memiliki hubungan dengan Kanada, yan faktanya memang sebagian besar korban yang diklaim Kanada sebagai warganya memiliki kewarganegaraan ganda Kanada-Iran.

Teheran awalnya menyangkal telah menembak jatuh pesawat komersial Ukraina itu. Namun, beberapa hari kemudian pemerintah dan militer mengakuinya sebagai insiden tak sengaja. Mereka meminta maaf dan mengakui apa yang mereka sampaikan sebelumnya merupakan kesalahan.

Penembakan pesawat Ukraina itu terjadi di saat situasi tegang antara Iran dan Amerika Serikat. Pesawat ditembak jatuh beberapa jam setelah Iran menembakkan belasan rudal balistik ke markas-markas militer AS di Irak. Serangan rudal itu sebagai awal dari balas dendam atas pembunuhan jenderal top Iran, Qassem Soleimani, oleh serangan udara Amerika di Baghdad beberapa hari sebelumnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3475 seconds (0.1#10.140)