Pertama di Indonesia, Alumni ITB Ciptakan Mesin Pengolah Limbah Popok Bayi

Kamis, 16 Januari 2020 - 21:57 WIB
Pertama di Indonesia, Alumni ITB Ciptakan Mesin Pengolah Limbah Popok Bayi
Peresmian pengolahan popok bayi bekas menjadi pokbrick dan minyak bakar PT Softex Indonesia dan GOL Lab di kawasan Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat, Kamis (16/1/2020). Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Tidak dapat dipungkiri, pertumbuhan penduduk yang cukup pesat juga menyebabkan bertambahnya produksi sampah rumah tangga. Termasuk sampah yang dihasilkan dari popok anak balita. Bahkan, limbah ini cenderung sulit didaur ulang dan rentan terhadap alam.

Tetapi, sebuah temuan luar biasa berhasil dibuat oleh tiga orang alumni Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka berhasil membuat mesin pengolah limbah popok bayi. Menariknya, olahan mesin bernama hidrothermal itu menghasilkan barang bernilai ekonomis seperti batako, minyak bakar, pupuk, dan berbagai kerajinan tangan lainnya seperti asbak.

Menurut salah seroang penemu mesin hidrothermal yang juga CEO Guna Olah Limbah (GOL) Archie Satya Nugroho, penemuan mesin tersebut sebenarnya terjadi secara tidak sengaja. Saat itu, dia melihat limbah popok yang begitu banyak. Tetapi menariknya, limbah tersebut justru menjadikan tanah di sekitar buangan popok subur.

"Sejak 2017 kami melakukan riset untuk mesin ini. Memang untuk dasarnya, kami adopsi dari teknologi Jepang. Tetapi kami modifikasi dan kembangkan lagi agar mampu mengolah popok menjadi produk bernilai," kata Archie yang merupakan alumni Teknik Mesin ITB angkatan 1995.

Setelah melakukan riset dan berbagai percobaan, akhirnya mesin ini menjadi produk jadi. Kini mesin ini sudah bisa digunakan untuk mengolah limbah popok. Untuk pertama kalinya, mesin hidrothermal berada di kawasan GOL Lab di kawasan Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat.

Secara mudah, sistem mesin ini dimulai dari memasak (memanaskan) limbah popok tanpa pemilahan. Popok dipanaskan hingga suhu 180 hingga 200 derajat celcius. Pada suhu itu, semua bakteri dan virus akan mati. Setelah dipanaskan, popok kemudian dicapai untuk dipisahkan antara bahan plastik, air, dan serat fiber.

Saat ini, satu mesin ini mampu mengolah antara 20 hingga 25 kg limbah popok per siklus. Satu siklus pengolahan menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Dalam satu hari, bisa mengolah antara tujuh hingga delapan kali siklus pengolahan.

"Sebagai gambaran, tiga limbah popok bisa untuk membuat satu buah batako berukuran standar. Batako ini dibuat dari serat fiber. Sehingga lebih ringan, tahan panas, dan lebih kuat dibandingkan batako dari semen," beber dia pada acara Peresmian Pengolahan Popok Bayi Bekas menjadi pokbrick dan minyak bakar PT Softex Indonesia, Kamis (16/1/2020).

Selain serat fiber, hasil olahan popok ini juga menghasilkan minyak bakar, pengganti minyak tanah. Minyak ini diambil dari bahan plastik yang ada pada popok. Plastik sendiri dibuat dari minyak bumi. Oleh mesin ini, bisa dikembalikan kembali menjadi minyak bakar.

Untuk pemanfaatan mesin ini, pihaknya menjalin kerja sama dengan PT Softex Indonesian, salah satu produsen popok bayi terbesar di Indonesia. Nantinya, Softex akan bekerja sama dnegan Bank Sampah Bersinar untuk di Kota Bandung. Bank sampah ini nantinya yang akan mengumpulkan popok di Bandung.

"Kami sudah menyiapkan tong khusus untuk popok yang akan kami sebar di Rumah Sakit ibu dan Anak (RSIA) Limijati, Paskal Mall, dan PVJ Mall, bekerja sama dengan Day Care Galenia. Nanti titik itu kami akan tambah," jelas Head of HR Softex Indonesia M Zaenal Abidin.

Saat ini, kata dia, kemampuan mesin pengolah limbah popok mencapai 100 liter atau setara 40-50 kg popok. Dalam satu hari bisa mengolah hingga 250 kg atau 1250 kg per minggu. Pihaknya juga akan membantu melakukan pengembangan mesin ini untuk volume yang lebih besar.

Program sustainability ini merupakan bentuk nyata dari kontribusi PT Softex Indonesia kepada masyarakat dan lingkungan dalam mengurangi iimbah popok.

"PT Softex lndonesia percaya bahwa kesuksesan perusahaan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan bisnis, tetapi juga harus diimbangi dengan program yang dapat membantu masyarakat dan lingkungan," katanya.

Program ini merupakan program lanjutan dari program sustainability sebelumnya yang sudah dijalankan di Tangerang dan diresmikan pada tanggal 8 Oktober 2019.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9060 seconds (0.1#10.140)