JNE Sambut 8 Juta UMKM Masuk Bisnis e-Commerce

Minggu, 23 September 2018 - 15:44 WIB
JNE Sambut 8 Juta UMKM Masuk Bisnis e-Commerce
JNE mendukung digitalisasi UMKM di Indonesia melalui penambahan gerai dan agen agar akses pengiriman produk pelaku usaha di seluruh Indonesia lebih mudah. Foto: Istimewa
A A A
BANDUNG - Pemerintah menetapkan roadmap 8 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berbisnis secara online pada 2019 mendatang. Untuk mencapai target tersebut perlu dukungan semua pihak agar percepatan ekonomi Indonesia lebih maksimal.

JNE sebagai perusahaan ekspedisi berupaya mendorong pelaku UMKM memperluas jangkauan usahanya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tumbuhnya e-commerce akan meningkatkan peran UKM terhadap pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi lokal.

“Seiring tumbuhnya e-commerce saat ini, dengan kapabilitasnya sebagai perusahaan pengiriman ekspres dan logistik nasional, JNE berkomitmen mendukung kemajuan bisnis UMKM. Dorongan yang bisa kami lakukan terutama dalam bentuk penjualan dan pengiriman,” kata Presiden Direktur JNE M Feriadi.

JNE, ujar dia, terus berusaha memperluas jaringan agen di daerah agar akses pelaku UMKM melakukan pengiriman lebih mudah. Saat ini, JNE telah memiliki sekitar 6.000 gerai dan agen di seluruh Indonesia dan tak kurang dari 250kantor perwakilan di seluruh dunia.

Bahkan, untuk menjalankan distribusi paket secara cepat, tepat, dan efisien, JNE sedang membangun Mega Hub di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Mesin berteknologi canggih itu nanti mampu menyortir 1 juta kiriman per hari.

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) Slamet Santoso, roadmap pemerintah menargetkan 8 juta UMKM berbisnis secara online perlu dukungan semua pihak. Tak terkecuali perusahaan ekspedisi agar akses pengiriman paket lebih mudah.

“Untuk mendorong UMKM memanfaatkan TIK, perlu dukungan dan dorongan semua pihak. Karena kalau nggak ikuti perkembangan zaman (digitalisasi), kita akan tertinggal,” tutur Slamet.

Slamet mengungkapkan, pemanfaatan TIK bisa membantu meningkatkan akses pasar, menambah pendapatan, dan ekspansi bisnis ke pelosok daerah. Bahkan diharapkan bisa tembus pasar ekspor.

Apalagi, UMKM ke depan tetap menjadi andalan ekonomi nasional. Sesuai roadmap pemerintah, pada 2020 transaksi e-commerce diprediksi mencapai Rp1.300 triliun atau setara USD130 miliar.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ungkap dia, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 61,41%, dengan jumlah UMKM hampir mencapai 60 juta. Namun, baru sekitar 8% atau sebanyak 3,79 juta pelaku UMKM yang telah memanfaatkan platform online untuk memasarkan produknya.

“Memang sekarang mayoritas UMKM yang menjalankan bisnis secara digital ada di Pulau Jawa karena infrastruktur bagus. Tapi kami mendukung melalui Palapa Ring, di mana 2018 Indonesia bagian tengah selesai, dan 2019 Indonesia timur selesai. Sehingga setiap kabupaten/kota akan terhubung serat optik,” ungkap dia.

Namun, dari sisi market, tandas Slamet, Indonesia memiliki potensi sangat besar menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia. Saat ini terdapat penetrasi pengguna internet cukup besar mencapai 132 juta orang. Kondisi itu akan meningkatkan pengguna e-commerce seiring bertambahnya platform e-commerce.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9766 seconds (0.1#10.140)