Spirlee Anesta Sanas, Lulusan Terbaik FKH IPB University

Rabu, 15 Januari 2020 - 13:43 WIB
Spirlee Anesta Sanas, Lulusan Terbaik FKH IPB University
Spirlee Anesta Sanas, lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University yang diwisuda pada Rabu (15/1/2020). Foto/SINDOnews/Haryudi
A A A
BOGOR - Prestasi bukanlah sebuah kebetulan dan impian tidak akan pernah menjadi kenyataan tanpa kerja keras. Kalimat bijak ini pantas dijadikan pegangan Spirlee Anesta Sanas, lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University yang diwisuda pada Rabu (15/1/2020). Dia meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,78.

Di balik capaian prestasi yang ditorehkannya, banyak rintangan dan kerja keras yang dilewatinya. "Banyak perjuangan heroik yang saya alami saat kuliah di IPB University di antaranya harus pandai membagi waktu antara bekerja dan menyelesaikan skripsi," ujar Spirlee.

Mulai dari masalah ekonomi yang dialami keluarga saat akhir masa studi dan banyak lagi. "Sehingga saat itu akhirnya saya harus bekerja part time untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kuliah. Mulai dari magang di klinik, agen pemasar, berjualan roti, hingga bekerja di tempat laundry sembari menyusun skripsi," kata lulusan SMAN 1 Madiun yang masuk IPB University melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015 ini.

Selama mengambil studi Kedokteran Hewan di IPB University, dia menyadari profesi dokter hewan memiliki peran strategis untuk mewujudkan kesehatan masyarakat. Fakultas ini benar-benar menitikberatkan pada kemampuan praktikal dalam menangani hewan tanpa mengesampingkan kemampuan intelegensia.

"Tentu saja diperlukan kerja sama antarberbagai disiplin ilmu untuk mewujudkannya tidak hanya kesejahteraan hewan, namun juga kesejahteraan manusia itu sendiri," ungkapnya.

Awalnya Spirlee bekerja paruh waktu untuk membayar biaya tempat tinggal. Dia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko roti setiap sore dengan upah Rp750.000 per bulan. Dia juga pernah bekerja di tempat laundry sebagai penyetrika dan penjaga kasir. Saat yang sama, Spirlee berjuang membagi waktunya menyelesaikan skripsi di perpustakaan yang menyediakan komputer karena laptopnya sedang bermasalah.

"Alhamdulillah saya lulus 9 Juli 2019, dua minggu sebelum pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) semester IX. Waktu itu saya tidak pulang ke kampung saat Lebaran. Sewaktu tidak pulang Lebaran saya kerja di klinik. Lumayan untuk menambah pemasukan," ujarnya.

Perjuangan Spirlee juga tidak lepas dari perjuangan orangtuanya yang selama kuliah selalu berusaha memenuhi kebutuhan Spirlee. Walaupun orang tuanya harus meminjam sana-sini. Spirlee adalah sarjana pertama di keluarganya karena dahulu orang tuanya sempat kuliah namun tidak selesai karena masalah biaya juga.

Saat ini Spirlee bekerja di salah satu perusahaan swasta sambil mengumpulkan biaya yang cukup untuk mengambil pendidikan Profesi Kedokteran Hewan. Dia bekerja di Klinik Autis yang bertugas memberikan terapi anak-anak autis agar dapat melakukan aktivitas sesuai standar yang ada di masyarakat. "Dengan bekerja di tempat tersebut dapat mengajarkannya untuk senantiasa bersyukur dan melatih kesabaran serta berempati lebih mendalam," ujarnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.7025 seconds (0.1#10.140)