Dosen ITB Sarankan Masyarakat Tampung dan Olah Air Hujan

Minggu, 12 Januari 2020 - 12:05 WIB
Dosen ITB Sarankan Masyarakat Tampung dan Olah Air Hujan
Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) Dasapta Erwin Irawan. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Pemerintah daerah diminta lebih kreatif dalam mencari solusi mengatasi banjir yang disebabkan curah hujan tinggi. Sumur biopori dan danau retensi dinilai belum cukup mengantisipasi tingginya potensi curah hujan di Jawa Barat.

Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB) Dasapta Erwin Irawan mengatakan, hingga kini masih sangat minim eksplorasi air yang memaksimalkan air hujan. Bahkan, nyaris sangat minim daerah yang memiliki aturan untuk memaksimalkan potensi air hujan. Sehingga, keberadaannya cenderung diabaikan dan menimbulkan bencana.

Padahal, kata dia, tak jauh beda dengan minyak bumi, air hujan juga memiliki potensi untuk diatur dan dimanfaatkan. Di beberapa negara, bahkan mereka telah menjadikan air hujan sumber industri. Penerapannya dimanfaatkan untuk kebutuhan air toilet.

Upaya memanfaatkan air hujan, kata dia, setidaknya bisa mengurangi potensi banjir. Apalagi banyaknya alih fungsi lahan di kawasan perkotaan menyebabkan air hujan tidak bisa langsung terserap tanah. Di sisi lain, curah hujan semakin tinggi.

Dasapta mencontohkan, Kota Bandung pernah menggalakkan program sumur biopori. Program itu dinilai tidak akan mampu menyerap curah hujan tinggi. "Solusi biopori sebenarnya kurang tepat. Kalau untuk mengurangi genangan, bisa. Tapi kalau untuk menampung sampai curah hujan tinggi tidak akan mampu. Itu tingginya hanya 30 cm," jelas dia.

Begitu juga upaya Pemkot Bandung membuat danau retensi. Mesti dipertimbangkan apakah luas danau mampu menampung tingginya air hujan yang turun. Jangan sampai danau retensi hanya membelokkan air untuk sementara waktu.

Menurut dia, salah satu solusi yang bisa dimanfaatkan adalah gerakan masyarakat menampung air hujan. Menampung air hujan tak hanya bisa dilakukan lingkup rumah tangga, tetapi juga industri seperti hotel, mal, dan lainnya. Mereka bisa menampung air hujan, mengolah, dan memanfaatkannya.

"Kenapa air hujan selalu dibuang. Padahal itu bisa dimanfaatkan, daripada menyedot air tanah. Pemanfaatan air hujan juga bisa mengurangi biaya pajak air tanah di perkotaan yang harganya cukup mahal," beber dia.

Kendati begitu, untuk memanfaatkan air hujan, perlu edukasi dan dorongan pemerintah daerah. Mereka bisa membuat regulasi pemanfaatan air hujan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4661 seconds (0.1#10.140)