Terowongan Nanjung Sukses Kendalikan Banjir Bandung Selatan

Jum'at, 10 Januari 2020 - 13:49 WIB
Terowongan Nanjung Sukses Kendalikan Banjir Bandung Selatan
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meninjau langsung pembangunan Terowongan Nanjung di Curug Jompong, Margaasih, Kabupaten Bandung, Sabtu 16 November 2019. Foto/Humas Pemprov Jabar
A A A
BANDUNG - Terowongan Nanjung di Curug Jompong, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dinilai sukses mengendalikan banjir. Terbukti, sejumlah wilayah langganan banjir di kawasan Bandung Selatan tak lagi tergenang saat hujan deras mengguyur Bandung Raya, beberapa waktu lalu.

Diketahui, terowongan air kembar sepanjang masing-masing 230 meter yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum itu bertujuan untuk mengatasi permasalahan banjir yang kerap terjadi akibat luapan Sungai Citarum.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan, saat rapat penanganan banjir dan longsor di DKI Jakarta, Jabar, dan Banten bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 8 Januari 2020, sempat pula dibahas soal Sungai Citarum. (Baca Juga: Ribuan Rumah di Cilamaya Karawang Terendam Banjir).

Menurut Emil, sapaan akrab Gubernur, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam rapat menunjukkan efektivitas kehadiran Terowongan Nanjung kepada Presiden.

"Karena di fotonya ditunjukkan pada kejadian yang suka banjir (curah hujan) kurang dari 300 mm sudah berperahu, kemarin mendekati 350 mm surut, menandakan Terowongan Nanjung itu berfungsi," tutur Emil di Bandung, Jumat (10/1/2020).

Emil menjelaskan, meski intensitas hujan sama, bahkan lebih tinggi, kondisi tersebut tidak menyebabkan banjir di kawasan yang kerap menjadi langganan banjir. Kesuksesan tersebut, kata Emil, membuat Presiden Jokowi berencana datang dan meninjau Terowongan Nanjung sekaligus meresmikannya.

"Hujannya kan sama, tapi hebohnya tak terjadi di tempat yang rutin. Kemungkinan Pak Presiden akan datang meresmikan Terowongan Nanjung dan akan dijadikan referensi contoh. Jadi, kemarin yang dijadikan Pak Menteri contoh baik adalah penanganan Citarum dan Semarang. Semarang dengan folder raksasa, diberitakan sering tidak banjir seperti dulu," katanya.

Dalam rapat itu pun, lanjut Emil, pihaknya mengaku telah mengusulkan pembangunan bendungan baru untuk mengatasi banjir besar yang sempat terjadi di Kota Bekasi, termasuk mengantisipasi banjir di Kabupaten Karawang.

Emil menyampaikan, sedikitnya sekitar tiga hingga empat bendungan baru diusulkan dibangun untuk mengatur air sungai, khususnya di zona rawan banjir. Saat ini, pihaknya sedang mencari titik yang tepat untuk lokasi bendungan.

"Ingin ada bendungan penahan pengatur aliran Sungai Cibeet dan Cilamaya, kemudian Cileungsi dan Cikeas juga. Butuh sekitar tiga sampai empat lokasi di zona terdampak," katanya.

Menurut dia, usulan tersebut disambut baik Presiden Jokowi. Selain itu, Presiden Jokowi juga meminta agar pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi bisa rampung akhir tahun ini. "Intinya Presiden setuju pengaturan air ini ke wilayah utara, khususnya perkotaan. Harus ada pengendali yang lebih baik," ujarnya. (Baca Juga: Sungai Tengah Meluap, Banjir Rendam Ratusan Rumah Warga di Indramayu).

Lebih lanjut Emil mengatakan, dalam waktu dekat, akan digelar rapat teknis pembagian tugas dalam tata kelola air di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mengingat sistem tata kelola air sebelumnya tidak dirancang untuk mengantisipasi curah hujan hingga mendekati 400 mm.

"Jadi, faktor ini secara resmi adalah cuaca ekstrem, yang biasanya 100 mm itu paling tinggi, kemarin itu tertinggi dalam 154 tahun, jadi sangat-sangat tinggi," terangnya.

Pihaknya juga berencana mengumpulkan kepala daerah terdampak bencana pada awal pekan depan sebagai tindak lanjut rapat penanganan banjir dan longsor bersama Presiden Jokowi. "Hari Senin atau Selasa (Minggu depan) semua kepala daerah terdampak akan saya kumpulkan," katanya. (Baca Juga: Kebanjiran, Warga Pantura Subang Mengungsi).

Dalam pertemuan tersebut, kata Emil, akan dibahas soal teknis pembagian tugas dalam penanganan bencana berbasis air. Pasalnya, kata Emil, Jabar merupakan provinsi hidrologis. Setiap tahun terdapat 1.200 hingga 1.500 laporan kebencanaan.

"Mayoritas adalah bencana alam yang berhubungan dengan air antara banjir di tengah ke utara atau longsor dari tengah ke selatan," katanya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1449 seconds (0.1#10.140)