Momen Langka Mekarnya Bunga Bangkai Raksasa di KRB

Minggu, 05 Januari 2020 - 18:07 WIB
Momen Langka Mekarnya Bunga Bangkai Raksasa di KRB
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto berfoto di samping Amorphophallus Titanum atau biasa disebut bunga bangkai raksasa yang mekar sempurna di Kebun Raya Bogor. Foto/SINDOnews/Haryudi
A A A
BOGOR - Amorphophallus Titanum atau biasa disebut masyarakat bunga bangkai raksasa yang menjadi ikon Kebun Raya Bogor (KRB) kembali mekar sempurna dengan ketinggian 194 sentimeter pada Jumat, 3 Januari 2019 pukul 19.30 WIB.

Peneliti Bunga Bangkai Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan LIPI Kebun Raya Bogor Dian Latifah menjelaskan, Amorphophallus Titanum berbeda dengan Rafflesia meski keduanya dikenal masyarakat dengan sebutan bunga bangkai. "Rafflesia merupakan tumbuhan parasit dengan pohon inang Tetrastigma spp atau anggur hutan," ujar Dian.

Dian menjelaskan, Amorphophallus Titanum memiliki fase daun dan fase bunga yang tidak bersamaan. "Fase daun dapat mencapai satu sampai dua tahun. Setelah itu umbi akan memasuki masa istirahat atau dorman yang bisa lebih dari satu setengah tahun, kemudian berbunga," ujarnya.

Pihaknya saat ini telah meneliti kandungan umbi bunga bangkai. Pasalnya, umbi dari bunga bangkai tersebut bermanfaat karena kandungan glukomanan yang memiliki kegunaan sebagai zat pengental. "Bahkan jelly kaya serat (dietary fibers) dan suplemen untuk diet kolesterol, gula darah, dan agen kontrol berat badan," jelasnya.

Dia menyebutkan Amorphophallus Titanum sendiri masuk dalam kategori tumbuhan langka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan keberadaannya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.

"Berdasarkan penelitian yang dilakukan Poerba dan Yuzammi (2008), kelestariannya memerlukan bantuan manusia dalam bentuk pembibitan massal dan cepat, misalnya kultur jaringan, dan diikuti reintroduksi di alam," katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan LIPI Kebun Raya Bogor Hendrian menjelaskan, kegiatan konservasi dan penelitian yang dilakukan pihaknya berperan penting dalam mengupayakan pembudidayaan bunga bangkai untuk pemanfaatan berkelanjutan dan lestari.

"Konservasi jenis-jenis tumbuhan terancam di Indonesia akan menjadi salah satu fokus utama kegiatan penelitian LIPI di tahun ini. Beberapa kegiatan eksplorasi juga akan dilakukan untuk meningkatkan secara signifikan jumlah jenis tumbuhan terancam yang terkonservasi secara ex-situ di Kebun Raya Indonesia," terangnya.

Pihaknya mengapresiasi Pemkot Bogor, khususnya Wali Kota Bogor Bima Arya atas dukungan dan kolaborasinya selama ini. "Ini adalah menegaskan sinergi di antara KRB dan Pemkot Bogor, kami sangat senang bisa berkontribusi lebih besar kepada Pemkot misalnya dalam hal jasa lingkungan," jelasnya.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto berkesempatan melihat momen langka mekarnya Amorphophallus Titanum atau bunga bangkai di Kebun Raya Bogor, (KRB). Di bawah rintik gerimis, Bima Arya bahkan sempat mendekat ke bunga raksasa yang memiliki tinggi 194 sentimeter itu. Ia penasaran dengan aromanya. "Baunya bikin ketagihan," ucap Bima, berkelakar.

Menurut Bima, tumbuhnya bunga bangkai ini merupakan salah satu 'harta karun' dari sekian banyak keunikan yang ada di Kebun Raya Bogor. "Momen langka salah satu harta karun di Kebun Raya kita ekspos bersama-sama dengan LIPI dan pengelola Kebun Raya. Ini juga menyimbolkan semangat dari Kebun Raya sebagai pusat konservasi, bukan hanya rekreasi saja," ujar Bima.

"Ke depan, kita ingin terus di eksplor harta karun' yang banyak sekali di sini, sesuai arahan Pak Presiden Jokowi agar Kebun Raya Bogor ini bisa dikelola seperti di Singapura. Bahkan, menurut saya Kebun Raya Bogor memiliki nilai histori yang sangat luar biasa dibandingkan dengan kebun raya lain yang ada di dunia. Jadi, saya titip agar KRB dikelola lebih profesional dan seimbangkan antara riset dan wisata," tambahnya.

Dia mengaku akan terus bersinergi dengan LIPI dan pengelola KRB untuk melakukan harmonisasi dan akselerasi. Sebelumnya, harmonisasi sudah dimulai dengan pembangunan pedestrian di seputar Istana dan KRB atas usulan wali kota kepada Presiden.

"Kalau tidak dibangun jalur pedestrian, maka seputar KRB akan dipenuhi PKL. KRB kan paru-paru Kota Bogor jadi perlu dirawat dan dijaga. Kami juga sudah memulai program Naturalisasi Ciliwung yang melintas KRB. Nanti juga ada pembangunan kawasan parkir (park and ride) di dekat Pasar Bogor yang diharapkan tidak ada lagi kendaraan yang masuk ke KRB dan yang parkir sembarangan di sepanjang ruas jalan utama," ujarnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6375 seconds (0.1#10.140)