Trial Blasting untuk Terowongan KA Cepat di Gunung Bohong Dikeluhkan Warga

Jum'at, 27 Desember 2019 - 21:50 WIB
Trial Blasting untuk Terowongan KA Cepat di Gunung Bohong Dikeluhkan Warga
Petugas dari LAPI ITB menunjukkan dampak getaran akibat uji coba pengeboman untuk terowongan KA Cepat di Gunung Bohong yang membuat rumah warga retak. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Tim dari Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia (LAPI) Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan trial blastingatau uji coba peledakan untuk membuat terowongan KA Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), Jumat (27/12/2019).

Uji coba peledakan dilakukan sebanyak tiga kali dengan menggunakan bahan peledak di sekitar kawasan Gunung Bohong, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Uji coba terkait dengan penelitian yang dilakukan LAPI, ITB ini untuk memastikan dampak adanya pengeboman oleh PT CREC sebagai pelaksana proyek terowongan KCIC.

Pasalnya pada waktu lalu, akibat pembuatan terowongan di kawasan Gunung Bohong membuat sejumlah rumah warga Tipar Silih Asih dan Kampung Tipar Timur mengalami kerusakan.

Pada uji coba pengeboman yang dilakukan pada pukul 09.15, lalu pukul 09.35, dan yang ketiga pukul 10.00 WIB, tim dari LAPI ITB menggunakan alat minimate (pengukur getaran).

Alat untuk mengukur intensitas getaran yang timbul dari ledakan tersebut, dipasang dengan jarak 50, 100, 150, dan 200 m dari titik ledakan ke rumah warga. Namun tetap saja dampak ledakan dan getaran yang ditimbulkan akibat uji coba ini dikeluhkan oleh warga.

"Suara ledakannya terdengar jelas dan rumah-rumah warga yang posisinya dekat kacanya pada bergetar," ujar Ketua RW 13, Kompleks Tipar Silih Asih, Desa Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, KBB, Ahmad M. Sutisna, Jumat (27/12/2019).

Banyak warga yang khawatir meskipun ledakan ini adalah uji coba. Karena meskipun daya ledaknya dikecilkan, tapi resikonya tetap sangat besar untuk warga di sini.

Rata-rata tembok rumah warga sudah retak, engga ada jaminan tetap aman selama ujicoba peledakan ini. Apalagi jika nanti pengeboman yang sebenarnya, untuk melubangi Gunung Bohong guna dibuat terowongan.

Warga lainnya, Acih (55) mengeluhkan, ujicoba peledakan yang membuat bangunan rumah mengalami kerusakan. Jika awalnya hanya retak-retak, sekarang sampai material lapisan dindingnya rontok berjatuhan.

Apalagi uji coba peledakan ini pun tidak ada pemberitahuan sebelumnya sehingga banyak warga yang bingung dan khawatir pada saat mendengar ledakan. Terlebih dari ledakan itu kaca-kaca rumah pada bergetar meski tidak sampai pecah.

"Ya kaget sama khawatir. Kompensasi dari PT CREC sebagai Subkontraktor dari PT KCIC sebesar Rp55.000/bulan juga tidak cukup untuk mengganti bangunan rumah yang rusak atau retak-retak," keluhnya.

Ahli Terowongan dan Geoteknik LAPI ITB, Simon Heru Prassetyo, mengatakan timnya menetapkan ambang batas 2 milimeter/detik untuk bangunan kelas satu. Daya ledak pun dikurangi dengan menempatkan 1,4 kg bahan peledak tiap lubang.

Selama tiga kali peledakan, masing-masing ledakan ada 5 lubang yang diledakkan, jadi totalnya ada 15 lubang yang diledakkan. Idealnya seperti di dunia pertambangan, jarak aman antara permukiman dan titik ledak adalah 500 meter dan 300 meter untuk alat berat.

"Pada titik ledakan dengan jarak 200 meter dari lokasi, tercatat 0 getaran atau masih di bawah ambang batas SNI. Tapi ini kan jaraknya dekat sekali dengan permukiman, makanya kami akan kaji kembali dampaknya," kata Simon yang didampingi Profesor Made Astawa Rai.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1291 seconds (0.1#10.140)