Sambangi Rumah Guru SD Beragama Katolik, Dedi: Dulu Kita Sangat Toleran

Selasa, 24 Desember 2019 - 20:19 WIB
Sambangi Rumah Guru SD Beragama Katolik, Dedi: Dulu Kita Sangat Toleran
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menunjukkan foto guru SD-nya, almarhum Udensius didampingi istri almarhum Alexia Djaro, Selasa (24/12/2019). Foto/Dok.Dedi Mulyadi
A A A
BANDUNG - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi berbagi kisah tentang pengalamannya diajar seorang guru beragama Katolik bernama Martinus Udensius Natet yang sudah meninggal dunia.

Kisah tersebut dia ceritakan saat mengunjungi rumah keluarga sang guru di Desa Sukasari, Kabupaten Subang, Selasa (24/12/2019). Dedi mengunjungi keluarga gurunya itu untuk bersilaturahmi menjelang Natal.

Dalam kesempatan itu, Dedi yang diterima istri Udensius, Alexia Djaro menceritakan kenangan saat dididik sang guru yang berasal dari Nusa Tenggara Timur itu di SD Sukabakti, Desa Sukasari, Kabupaten Subang.

Dedi mengaku, dirinya termasuk siswa yang bandel. Beberapa kali dia berbuat nakal hingga membuat Udensius yang kala itu mengajar Pendidikan Moral Pancasila (PMP) marah.

Saat itu, Dedi pernah masuk ke plafon kelas saat aktivitas belajar mengajar berlangsung. Aksinya itu ketahuan hingga dia dimarahi Udensius. Bahkan, Dedi juga sempat ditampar oleh guru tersebut. Namun, tamparan guru itu tidak membuatnya kapok.

Dedi kembali berbuat bandel. Kali ini, dia dan beberapa temannya berteriak-teriak saat mata pelajaran olahraga berlangsung. Dedi dan teman-temannya pun kembali ditampar di lapangan. Kendati ditampar hingga dua kali, namun Dedi tidak dendam. Bahkan, kata Dedi, dia makin mencintai gurunya itu.

"Saya ditampar dua kali, tapi tetap happy. Bahkan, kami sangat mencintai Pak Uden (Udensisus)," ungkap Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (24/12/2019).

Dedi pun mengaku, sang ayah mengetahui bahwa dirinya ditampar oleh Udensius. Namun, bukannya marah kepada Udensius, ayahnya malah menambah hukuman kepada Dedi.

"Bukannya dibela, saya malah dijewer. 'Kamu nakal, malu-maluin aja'," ujar Dedi menirukan ucapan sang ayah.

Dedi melanjutkan, selain disayangi murid-muridnya, Udensius yang akrab disapa Pak Uden itu juga dicintai warga sekitar sekolah.

Sebab, meski terbilang guru galak, namun Pak Uden sangat baik hati kepada warga. Setiap ada kondangan, Pak Uden yang pertama kali hadir dan ikut membantu.

"Kalau ada hajatan warga, Pak Uden selalu yang pertama hadir. Dia juga ikut membantu," katanya.

Saking dicintainya, kata Dedi, dulu ketika Kapal Tampomas II tenggelam pada 1981 silam, seluruh warga menangis karena mengira Pak Uden yang saat itu berada di kapal itu meninggal, namun ternyata Pak Uden selamat.

Dedi mengatakan, kecintaan warga yang mayoritas muslim terhadap Pak Udin menunjukkan bahwa toleransi beragama saat itu sangat tinggi.

"Kalau ngomong toleransi, dari dulu kita sangat toleran. Sekarang jadi ribut karena faktor politik yang terlalu mendominasi dalam beragama," tutur Dedi yang merupakan warga Nahdiyin ini.

Kini, Pak Uden sudah meninggal. Dedi berkunjung ke rumah keluarganya untuk mengucapkan terima kasih sekaligus menyampaikan selamat Natal.

Istri Udensius, Alexa Djaro pun terharu menerima kunjungan Dedi Mulyadi. Dia pun mengucapkan terima kasih atas kunjungan wakil ketua Komisi IV DPR RI ini.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9233 seconds (0.1#10.140)