Menikmati Eksotisme Alam dan Body Rafting di Desa Kertayasa

Senin, 16 Desember 2019 - 23:36 WIB
Menikmati Eksotisme Alam dan Body Rafting di Desa Kertayasa
Wisatawan menikmati ketemuan body rafting di objek wisata Cukang Taneuh atau Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Foto/Dok.BUMDes Guha Bau
A A A
BANDUNG - Desa Kertayasa di Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran kini tengah naik daun menyusul kesuksesan pengelolaan objek wisata Cukang Taneuh atau Green Canyon di desa tersebut.

Objek wisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Guha Bahu ini menawarkan pemandangan alam yang eksotis. Wisatawan bisa menikmati keindahan sungai dengan air yang jernih, pepohonan rimbun, tebing karst, air terjun kecil, hingga bebatuan yang tampak unik.

Di tengah eksotisme Green Canyon tersebut, BUMDes Gua Bahu juga menawarkan kegiatan wisata unggulannya, yakni body rafting. Ada dua track body rafting di kawasan yang dulunya dikenal angker ini. Pertama, track panjang dengan panjang jarak tempuh 10 kilometer. Kedua, track pendek dengan jarak 5 kilometer.

Harga tiket untuk menikmati keseruan body rafting ini Rp225.000 (track panjang) dan Rp200.000 (track pendek). Harga ini sudah mencakup perjalanan menggunakan mobil, perahu, makan, asuransi, dan body rafting itu sendiri dengan pemandu berpengalaman.

"Untuk body rafting ini, pesertanya minimal lima orang. Ini bisa satu kelompok atau digabung dengan peserta lain. Waktu tempuhnya sendiri 4-5 jam untuk trek panjang dan 1,5-3 jam untuk trek pendek," kata Ketua BUMDes Guha Bau, Teten Sutanto, Senin (16/12/2019).

Sepanjang perjalanan, pengunjung akan bertualang menyusuri sungai yang terlihat seolah hijau karena pantulan warna dedaunan. Namun, kata Teten, air sungai tersebut benar-benar jernih dan menyegarkan.

"Pengunjung harus berenang hingga berjalan kaki melewati bebatuan. Tak perlu khawatir jika tak bisa berenang. Sebab, setiap peserta dibekali pelampung, helm, sepatu karet, dan tentunya didampingi pemandu yang siap membantu jika sewaktu-waktu anda perlu bantuan," tuturnya.

Menikmati Eksotisme Alam dan Body Rafting di Desa Kertayasa


Green Canyon sendiri kini jadi favorit wisatawan. Tahun 2018 lalu, pengunjung yang menikmati kegiatan body rafting di tempat ini mencapai 15.000 orang. Hal ini menurutnya berdampak positif untuk kegiatan ekonomi warga setempat. Bahkan, perputaran uangnya mencapai Rp2 miliar.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dibanding sebelum Green Canyon jadi tempat wisata dan menyuguhkan body rafting. Jangankan jadi tempat wisata, warga setempat pun takut untuk masuk ke Green Canyon.

"Dulu sebelum jadi tempat wisata, bagi masyarakat di sini, Green Canyon itu adalah tempat angker. Tapi setelah jadi tempat wisata, secara perlahan mulai berkembang dan memberi manfaat bagi warga di sini," ungkapnya.

BUMDes Guha Bau sendiri, lanjut Teten, terus berusaha mengembangkan potensi wisata di Desa Kertayasa. Rencananya, pihaknya akan membangun tempat pentas untuk menampilkan ragam kesenian khas daerah.

"Ke depan, kita juga akan mengembangkan Green Coral yang sekarang belum begitu dikelola karena kemarin kondisi sungainya tidak ada airnya akibat kemarau," katanya.

Teten menambahkan, berbagai pengembangan dan pengelolaan wisata oleh BUMDes Guha Bau sangat fokus pada pemberdayaan masyarakat. Sebab, mayoritas yang dilibatkan adalah tenaga lokal alias warga setempat.

Diakui Teten, langkah tersebut meman berdampak pada lambatnya kemajuan karena tak ada investor luar yang masuk. Meski begitu, hal itu membuat warga setempat bisa tetap berdaya di daerahnya sendiri.

"Memang untuk progres terus terang saja (pengembangan wisata) di desa ini lambat. Tapi, kami punya keyakinan, walaupun lambat, tapi dengan keyakinan dan cita-cita yang besar kita, insya Allah bakal mampu. Daripada cepat (dengan kehadiran investor) tapi kita hanya sebagai pembantu, lebih baik jadi pelaku walaupun lambat," tandasnya.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6226 seconds (0.1#10.140)