Din Syamsuddin Ingatkan agar Tidak Ada Kelompok yang Klaim Paling Toleran

Selasa, 10 Desember 2019 - 19:38 WIB
Din Syamsuddin Ingatkan agar Tidak Ada Kelompok yang Klaim Paling Toleran
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menghadiri konferensi toleransi yang dihadari tokoh agama dari berbagai negara di Abu Dhabi. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin sejak 9 Desember 2019 berada di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Din menghadiri Konferensi tentang Toleransi Dari Kemungkinan kepada Keniscayaan (At-Tasamuh Minal Imkan ilal Ilzam /Tolerance From Possibility to Necessity).

Konferensi ini merupakan kali keenam digelar Forum Promosi Perdamaian dalam Masyarakat Islam (Muntadat Ta’zis Silmi fil Mujtama’at al-Islamiyah/Forum for Promoting Peace in Muslim Societies) yang dipimpin okeh Syaikh Abdullah Bin Bayyah, seorang ulama terkemuka di dunia dewasa ini.

Sebanyak 300 tokoh berbagai agama dari berbagai negara menghadiri perhelatan ini. Selain Din Syamsuddin, tokoh Indonesia yang menghadiri acara ini, yakni Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Rektor Unida Gontor Amal Fathullah Zarkasyi, Rektor IIQ Khuzaimah Y Tanggo serta Ketua MUI KH Abdullah Jaidi dan KH Muhyidin Junaidi serta Dosen UIN Jakarta Zaitunah.

Konferensi membahas beberapa aspek pengembangan budaya toleransi dalam kehidupan masyarakat majemuk, seperti formulasi baru toleransi, etika toleransi, peluang bagi perdamaian, dan Aliansi Keutamaan (Alliance of Virtous).

Adapun pembahasan yang terakhir adalah tajuk dari Deklarasi Washington yang disepakati pada konferensi 2018. Aliansi Keutamaan merupakan upaya mengangkat nilai-nilai keutamaan dari berbagai agama untuk ditampilkan sebagai lingkaran kebenaran. Lingkaran Keutamaan (Virtous Circle) diharapkan dapat menggantikan Lingkaran Setan (Vicious Circle) yg melilit peradaban dunia dewasa ini.

Din Syamsuddin menyambut baik percakapan tentang toleransi dan menganggapnya sebagai pilar kehidupan dunia yang majemuk. Menurut Din, pengembangan kemajemukan menuntut beberapa prasyarat, antara lain pengakuan kemajemukan, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai, toleransi, dan kerja sama.

"Toleransi adalah sikap dan pandangan mengakui bahwa di antara anasir masyarakat majemuk ada persamaan dan ada perbedaan. Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai tenggang rasa terhadap perbedaan itu," kata Din dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (10/12/2019).

Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini menjelaskan, konferensi ini membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang majemuk. "Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan maka toleransi merupakan prasyarat mutlak. Dengan demikian, toleransi bukan sekadar kemungkinan, tapi adalah keniscayaan," katanya.

Namun, Din mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak bersifat subjektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada. Menurut dia, tuduhan sepihak seperti itu sering muncul sebagai bermotif politik dan sejatinya merupakan bentuk intoleransi.

"Daripada mengembangkan pendekatan bernada fobia demikian, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. Jika ada masalah di antara kelompok-kelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog. Dialog adalah cara bermartabat utk mengatasi yang ada," tutur Din.

Dari Abu Dhabi, Din Syamsuddin sebagai Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) melanjutkan perjalanan ke New York untuk menghadiri pertemuan tokoh Agama Dunia atau Multi Religious Partnership for Peace and Development yang diselenggarakan Religions for Peace. Pada pertemuan tersebut, Din akan menjadi moderator pada sesi diskusi tentang peran agama dalam menanggulangi krisis lingkungan hidup.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2600 seconds (0.1#10.140)