Anggota DPR Milenial Belum Mampu Mewarnai Pertarungan Opini di Media Massa

Sabtu, 30 November 2019 - 14:15 WIB
Anggota DPR Milenial Belum Mampu Mewarnai Pertarungan Opini di Media Massa
Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Foto/Dok SINDO
A A A
JAKARTA - Delapan anggota DPR RI milenial yang kini duduk di parlemen ternyata belum banyak bersuara dan mewarnai pertarungan opini pada kurun Oktober 2019. Padahal, kehadiran mereka diharapkan memberi sesuatu bagi masa depan depan politik Indonesia.

Dian Permata, peneliti Founding Fathers House (FFH) Jakarta mengatakan, sepanjang Oktober 2019, terhitung hanya 203 anggota DPR RI yang dikutip pernyataannya oleh media cetak dan online. Data ini dihitung dari 1.765 judul berita yang diolah dari pemberitaan dua media online serta empat media cetak termasuk KORAN SINDO.

Dari 1.765 judul berita yang dijadikan unit analisis, hanya 45 publikasi yang mengutip politikus milenial sebagai narasumber berita. Artinya, dari 1.700 lebih judul berita, anggota DPR RI milenial baru mengisi 2,5 persen ruang publikasi di enam media massa yang dijadikan unit analisis. Sementara itu, ada 177 judul berita yang mengutip pernyataan politikus muda yakni politikus yang berusia 31-40 tahun.

"Ini merupakan temuan yang sangat menarik. Diskusi publik seputar generasi milenial yang begitu ramai ternyata tidak diikuti dengan kemampuan politikus milenial untuk ikut serta meramaikan wacana di media massa. Padahal mereka saat ini sudah menjadi politikus nasional," ujar Dian dalam rilis yang diterima SINDOnews, Sabtu (30/11/2019).

Dian menambahkan, dari hasil olah data terlihat bahwa politikus milenial yang usianya di bawah 31 tahun harus bersaing dengan politikus muda yang persentase pemberitaannya di enam media massa mencapai 10%. Bila dihitung secara total, pemberitaan yang mengutip politikus milenial dan politikus muda mencapai 12,5 persen.

"Artinya, politikus berusia 41 hingga 60 tahun mendominasi pemberitaan di enam media massa yang kami jadikan unit analisis. Dari data tersebut, sudah saatnya anggota DPR RI milenial ini ikut merespons isu-isu politik yang bergulir secara dinamis," tegas Dian yang juga menjadi anggota tim pakar pemerintah Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Dian mencontohkan Hillary Brigita Lasut. Anggota DPR milenial dari Fraksi Partai Nasdem terbilang mendapat atensi media di awal kemunculannya sejak dilantik. Adalah usia muda yang menjadi pemantik publikasi soal Hillary. Itu terlihat dari data pada minggu pertama hingga kedua. Namun, pada minggu ketiga dan keempat, porsi kemunculan tidak ada sama sekali. "Joss di awal, ambyar kemudian." katanya.

Peneliti komunikasi politik dari Institut Riset Indonesia atau INSIS Wildan Hakim menambahkan, rendahnya persentase pemberitaan dari politikus milenial ini setidaknya dipicu oleh dua faktor. Pertama, ketidaksiapan para politikus milenial untuk menyatakan opini mereka di depan wartawan. Kedua, rendahnya kesadaran politikus milenial tentang peran penting media massa sebagai medium komunikasi politik.

"Pemahaman yang baik terhadap isu dan isi menjadi sangat penting. Sebab, para politikus di Senayan ini merupakan politikus nasional. Paham isu tidak cukup, isi atau substansi dari isu juga harus dikuasai secara baik agar peran anggota parlemen sebagai wakil rakyat ini bisa terlihat dan terasa," papar Wildan Hakim.

Dalam riset bertajuk Citra Politikus Senayan di Enam Media Massa ini, Wildan menjelaskan ada 1.765 judul berita dari berbagai tema yang dijadikan unit analisis. Dari angka tersebut, terdapat 1.427 judul berita bertemakan politik dan 264 berita bertemakan hukum. Sepanjang Oktober 2019 lalu, berita politik yang disajikan banyak mengulas seputar perebutan kursi pimpinan MPR, amendemen UUD 1945, GBHN, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, serta Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) KPK.

"Seharusnya isu-isu ini bisa direspons juga oleh politikus milenial sehingga kiprah mereka politikus generasi baru ini segera terlihat. Nah, hasil riset media monitoring kami menunjukkan, dari delapan politikus milenial hanya tiga yang dikutip pernyataannya di enam media massa. Mereka adalah Hillary Brigita Lasut, Puteri Anetta Komaruddin, dan Rizki Aulia Rahman Natakusumah," jelas Wildan Hakim yang juga dosen di FISIP Universitas Al Azhar ini.

Adapun delapan politikus milenial yang dimasukkan dalam riset ini adalah Arkanata Akram, Dyah Roro Esti Widya Puteri, Farah Putri Nahlia, Hillary Brigita Lasut, Marthen Douw, Puteri Anetta Komaruddin, Rizki Aulia Rahman Natakusumah, dan Said Abdullah.

Riset ini menggunakan metode purposive sampling terdiri dari empat media massa cetak dan dua media online. Locus penelitian publikasi yang memuat kutipan anggota DPR 2019-2014. Materi publikasi bertemakan politik, ekonomi, dan lainnya.

Pengumpulan data 1 Oktober-1 November 2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengumpulkan dan menganalisa semua isi berita.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.3016 seconds (0.1#10.140)