Pengolahan Lahan Tidak Optimal Pengaruhi Produksi Gula PG Jatitujuh

Kamis, 28 November 2019 - 15:03 WIB
Pengolahan Lahan Tidak Optimal Pengaruhi Produksi Gula PG Jatitujuh
Gudang penggilingan milik PG Jatitujuh. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Untuk memenuhi kebutuhan produksi, Pabrik Gula (PG) Jatitujuh saat ini memiliki lahan seluas 11. 921,56 hektare. Namun, lahan seluas itu tidak seluruhnya digunakan untuk menanam tebu, bahan baku gula.

Dari data yang ada di PG Jatitujuh, lahan yang ditanami tebu sekitar 7.250 hektare. Adapun sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya seperti bangunan dan jalan. "Ada juga yang digunakan untuk ruang hijau. Jadi, tidak semuanya ditanami tebu," kata Kabag Quality Control PT PG Rajawali Unit II Jatitujuh Iip Saepudin.

Lahan yang ada di Kabupaten Indramayu tercatat lebih luas dibanding Kabupaten Majalengka. Di kabupaten berjuluk Kota Mangga itu, luas lahan 6.248,5 hektare.

"Itu berdasarkan SK Kepala BPN No.153 /HGU/BPN 2004, Sertifikat HGU No. 00002 Kantor Pertanahan Indramayu. Kalau Kabupaten Majalengka seluas 5.673,035 hektare, berdasarkan SK Kepala BPN No.153 /HGU/BPN 2004, Sertifikat HGU No. 00001 Kantor Pertanahan Majalengka," kata dia.

Dengan luas lahan HGU yang ditanami tebu itu, diakui Iip, berdasarkan pengalaman masa panen periode lalu, menghasilkan sebanyak 183,553,9 ton tebu. Dengan hasil tebu sebanyak itu, masa giling di pabrik hanya berlangsung selama 70 hari.

"Idealnya 150 hari untuk giling itu. Di kami rata-rata 120 hari. Musim kemarin hanya 70 hari. Artinya, produksi minim. Penyebabnya ya karena bahan bakunya yang memang kurang maksimal. Kalau untuk kualitas tebunya sendiri cukup bagus, di angka 7,41 persen," jelas dia.

"Di sini, kapasitas pabrik untuk tebu 4.000 ton per hari. Dengan demikian, dalam satu tahun sebanyak 480 ribu ton tebu. Namun musim kemarin kami hanya di angka 183,553,9 ton," lanjut dia.

Iip menjelaskan, tebu yang digunakan PG Jatitujuh untuk produksi gula berasal dari tiga sumber. Selain dari sendiri, ebu juga didapat dari petani dan PG di Kabupaten Subang.

"Dari petani mandiri, luas lahannya sekitar 7000 hektare. Ada juga dari PG Subang. Karena di sana sedang berhenti, jadi tebunya dialihkan ke sini," ungkap dia.

Sejak sekitar satu tahun lalu, pihaknya menjalin kerja sama dengan desa penyangga, yang disebut kemitraan. Dalam program itu, masyarakat dari desa penyangga berkesempatan mengolah lahan HGU tersebut. "Kualitas tebunya cukup bagus. Optimistis, ke depan akan terus meningkat," jelas Iip.

Sementara, kurang optimalnya panen tebu dari HGU, salah satunya dipicu dari adanya sengketa dengan F-KAMIS. Hingga saat ini, sekitar 4.000 hektare lahan tidak bisa dimanfaatkan dengan baik lantaran sengketa.

"3.000 sampai 4.000 hektare diserobot. Berpengaruh sih terhadap produksi," kata Humas PT PG Jatitujuh Eko Budi Setyawan
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8213 seconds (0.1#10.140)