Bernilai Ekonomi Tinggi, Produk Bambu Jabar Tembus Pasar Luar Negeri

Rabu, 27 November 2019 - 22:57 WIB
Bernilai Ekonomi Tinggi, Produk Bambu Jabar Tembus Pasar Luar Negeri
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum dan Ketua Program Baju Baja Oki Himawan melihat-lihat produk kriya berbahan bambu dalam Bambu Vaganza di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (27/11/2019). Foto/Humas Pemprov Jabar
A A A
BANDUNG - Bambu yang selama ini kerap dimanfaatkan hanya sebagai bahan bangunan ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi setelah diolah menjadi berbagai produk kerajinan.

Bahkan, produk kerajinan berbahan baku bambu asal Jawa Barat kini sudah mampu menembus pasar luar negeri. Nilai ekonomi bambu yang tinggi tersebut menjadi peluang menjanjikan bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.

Karena itu, lewat program Bambu Juara Bambu Jabar (Baju Baja), Pemprov Jabar bekerja sama dengan komunitas Hijau Lestari Indonesia (HLI) mengajak masyarakat Jabar, khususnya di perdesaan untuk menanam, memelihara, dan memproduksi berbagai produk bambu.

"Sejumlah kriya bambu Jabar sudah masuk ke pasar internasional, seperti jam tangan bambu yang sudah menembus Inggris. Mereka ingin memesan lagi, mudah-mudahan bertambah negara lainnya agar bambu Jabar dikenal di mancanegara," kata Ketua Program Baju Baja Oki Himawan di sela-sela kegiatan Bambu Vaganza di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (27/11/2019).

Kegiatan yang digelar untuk memperingati Hari Bambu Nasional itu menghadirkan sejumlah produk kriya berbahan bambu, seperti aksesoris hingga sepeda.

"Hasilnya terbukti. Kami serahkan sepeda bambu kepada Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum bahwa bambu Jawa Barat ini luar biasa. Jangan bilang bambu tidak bisa berbuat, tapi sekarang sudah berbuah emas," ujar Oki.

Bahkan, tutur Oki, pihaknya pun kini tengah menyiapkan berbagai produk berbahan bambu untuk melengkapi interior hotel berbintang dan restoran.

Tidak hanya itu, ke depan, semua hotel bintang tiga hingga lima di Jabar bakal menyediakan pojok bambu sebagai upaya lain untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam menghasilkan produk-produk berbahan bambu.

"Saya harap ini menjadi titik tolak perkembangan bambu Jawa Barat sebagai bambu yang memiliki nilai ekonomis tinggi," tutur dia.

Melalui program Baju Baja tersebut, HLI juga telah berhasil melatih masyarakat di 35 desa dan dua pesantren di sembilan kabupaten/kota di Jabar. Bahkan, 12 desa di Jabar sudah mendapatkan bantuan mesin untuk usaha kecil menengah.

"Kami fokus membina masyarakat desa yang memang sudah berkecimbung di dunia bambu. Kami harap ini bisa meluas ke berbagai desa di Jawa Barat. Target kami 100 desa kreatif melalui pengolahan bambu tahun depan akan kami selesaikan," ungkap Oki.

Terkait pontensi bambu di Jabar, Oki menyatakan, Jabar memiliki 54 jenis bambu dari total 176 jenis bambu di Indonesia. Bambu asal Jabar berkualitas baik dan sangat berpotensi untuk pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya di perdesaan.

"Program Baju Baja ini hadir meningkatkan kembali gairah masyarakat untuk menanam, mengelola, merawat, dan menjaga, serta produktif dalam bidang usaha bambu," tandas dia.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum saat membuka kegiatan Bambu Vaganza mengatakan, peringatan Hari Bambu Nasional merupakan momentum bagi masyarakat Jabar untuk peduli akan kelestarian bambu. Apalagi, bambu memiliki nilai budaya dan ekonomi.

"Sekarang masyarakat sudah banyak yang tidak peduli. Mungkin hanya petani atau pengusaha bambu (yang peduli akan kelestarian bambu)," kata Uu.

"Sekarang bambu bukan hanya dipakai untuk bangunan, tapi memiliki nilai tambah dari olahannya, artinya memelihara bisa melestarikan lingkungan dan punya nilai ekonomi," ujar dia.

Oleh karena itu, Uu mengapreasi gerakan pelestarian bambu yang digagas melalui program Baju Baja. Pasalnya, gerakan tersebut mampu mendongkrak perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat di perdesaan.

"Saya harap juga berikan pelatihan untuk mengelola bambu menjadi bernilai ekonomi kepada generasi muda di perkotaan," tutur Uu.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.4519 seconds (0.1#10.140)