Asephi Jabar Gelar Pameran Pelangi Nusantara 7

Rabu, 27 November 2019 - 17:26 WIB
Asephi Jabar Gelar Pameran Pelangi Nusantara 7
Ketua Dekranasda Jabar Atalia Praratya Kamil (tengah) membuka Pameran Pelangi Nusantara yang digelar Asephi Jabar di Gedung Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Rabu (27/11/2019). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - BPD Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraf Indonesia (Asephi) Jawa Barat kembali menggelar Pameran Pelangi Nusantara untuk ketujuh kalinya. Ajang ini menjadi salah satu upaya Asephi Jabar dalam menguasai pasar domestik di tengah persaingan pasar bebas saat ini.

Ajang tahunan itu digelar di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, mulai 27 November-1 Desember 2019. Pameran diikuti ratusan pengrajin batik, aksesori, kriya, fashion dari seluruh Jabar. Pameran ini pun tak sekadar gelaran produk, namun juga menjadi ajang bertemunya produsen dan pembeli potensial dari dalam dan luar negeri.

Ketua Asephi Jabar Hedy Yamasari mengatakan, meski setiap tahunnya Pameran Pelangi Nusantara menghadirkan tema yang sama, yaitu batik, fashion, dan kriya, selalu ada yang berbeda pada setiap tahun penyelenggaraannya.

Tahun ini, karya-karya unggulan produsen akan menjadi bagian gaya hidup masyarakat yang ditampilkan dalam suasana pameran yang berbeda. Demikian pula dengan produk peserta yang semakin bervariasi dan didukung pula dengan acara menarik setiap harinya.

"Melalui pameran ini, kita dorong para pengrajin menjadi pengusaha mandiri yang mampu mengembangkan produk serta ekonominya. Lalu, dapat merebut pasar domestik sehingga dapat tercapai target pasar di kelas atas, apalagi setelah adanya kebijakan pasar bebas yang berimbas pada membanjirnya produk luar," papar Hedy dalam Pembukaan Pameran Pelangi Nusantara 7.

Menurut Hedy, kerajinan Jabar memiliki keunggulan dengan daya tarik dan keunikan masing-masing. Pasalnya, produk-produk tersebut berawal dari kreativitas pengrajin yang sebelumnya mendapat sentuhan desainer yang sudah teruji kualitasnya.

"Pameran ini menjadi bagian komitmen kami dalam membantu memasarkan produk mereka. Makanya, kita buat di tempat strategis, tampilan representatif, dan eksklusif. Kita rebut pasar domestik, khususnya di segmen middle-up. Kita harapkan konsumen datang untuk melihat, belanja, dan bangga dengan produk dari pameran ini," katanya.

Pameran yang dibuka oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jabar Atalia Praratya Kamil ini pun bertujuan mempertahankan produk lokal supaya tetap menjadi tuan di negara sendiri. Para produsen diharapkan dapat membuat produk sesuai dengan perkembangan zaman.

"Kolaborasi dan sinergi menjadi hal utama pada pameran ini. Berbagai unsur terlibat dalam kegiatan selama pameran, mulai asosiasi, Dekranasda, komunitas, sampai majelis taklim. Sehingga, Pameran Pelangi Nusantara tidak hanya menjadi ajang perhelatan bagi Asephi Jawa Barat, tapi juga untuk asosiasi dan komunitas di kota Bandung," tutur Hedy.

Hedy menambahkan, selain pengrajin dari Jabar, pameran ini diikuti perajin dari sejumlah daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan DKI Jakarta. Produk yang ditampilkan, di antaranya kain tradisional handmade, clutch, selop, aksesori cantik handmade, craft handmade, fashion etnik.

"Kami pun akan mengemas lebih seru dan edukatif bagi para pengunjung, misalnya ada workshop, talkshow, live musik, dan fashion show. Bahkan, untuk setiap pengunjung yang hadir dan membawa undangan akan mendapatkan suvenir cantik dari penyelenggara," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Jabar Atalia Praratya Kamil dalam sambutannya mengapresiasi penyelenggaraan Pameran Pelangi Nusantara 7. Menurut dia, pameran ini sebagai salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat lewat produk-produk batik, asesoris, kriya, fashion yang dihasilkannya.

"Apalagi, Jabar punya (produk) dari semua elemen, mulai logam, batu, kayu kain kita punya. Tentu ini perlu didorong untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.

Dalam kesempatan itu, Atalia pun berpesan agar para produsen mampu mengikuti tren sesuai perkembangan zaman. Menurut dia, tren kini menjadi faktor penentu sukses tidaknya produk di pasaran. Oleh karenanya, para produsen harus kreatif dan memahami tren baru yang diminati pasar. "Industri kerajinan hingga fashion ini sangat dipengaruhi tren. Contoh di Garut bagaimana hebohnya batu ali (akik), kemudian turun. Untuk itu, kita harus terus menciptakan tren baru," jelasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9419 seconds (0.1#10.140)