Benarkah Kembar dan Gender Bayi Bisa Ditentukan Lewat Bayi Tabung?

Minggu, 09 September 2018 - 22:52 WIB
Benarkah Kembar dan Gender Bayi Bisa Ditentukan Lewat Bayi Tabung?
Embriolog Klinik Morula IVF Melinda RS Melinda 2 Bandung Deti Nurdianti. Foto/SINDONews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Apakah benar, bayi tabung bisa menentukan bayi yang akan dilahirkan nanti kembar atau berjenis kelamin laki-laki atau perempuan?

Embriolog Klinik Morula IVF Melinda RS Melinda 2 Bandung Deti Nurdianti mengatakannya, saat embrio ditransfer, embriolog bisa menentukan pasien ingin berapa embrio yang ditransfer. Namun dengan mempertimbangkan kesehatan si ibu dan anak.

Di Morula IVF, ujar dia, ada aturan, tidak boleh mentransfer lebih dari dua embrio. Makanya, saat embrio itu tumbuh menjadi janin dan bayi, bisa kembar dan beda jenis kelamin itu sangat mungkin. Karena dari embrio yang berbeda.

“Tetapi aturan di masing-masing klinik berbeda, masih ada yang boleh mentransfer tiga embrio sekaligus ke dalam rahim. Padahal, dua embrio saja, ketika ditransfer masih memungkinkan jadi lebih dari dua. Seperti halnya kembar alami, ada kembar identik yang berasal dari satu embrio membelah menjadi dua,” ujar dia.

Sedangkan pemilihan jenis kelamin, lelaki atau perempuan, kata Deti, di Indonesia ada aturan yang cukup baik. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengizinkan, penentuan jenis kelamin bayi yang diproses melalui IVF hanya boleh dilakukan untuk anak kedua, ketiga dan seterusnya. Sedangkan untuk anak pertama tidak boleh baik untuk tindakan inseminasi maupun bayi tabung.

Pemilihan gender hanya bisa dilakukan sebelum terjadi pembuahan atau ICSI. “Jadi ada cara-cara pemilihan sperma laki-laki dan sperma perempuan. Tetapi akurasinya tidak bisa lebih dari 70%. Jadi kemungkinan gagal 30% cukup tinggi,” kata Deti.

Tingkat keberhasilan lebih dari 90% dalam pemilihan kromosom gender bisa dilakukan dengan teknologi preimplantation genetic screening (PGS). Teknik ini dilakukan setelah jadi embrio. Embriolog mengecek mana yang kromosom laki-laki dan mana yang perempuan.

“Tingkat akurasinya bisa lebih dari 90%. Tetapi teknik ini di Indonesia tidak boeh diterapkan. Sebab aturan di Indonesia mewajibkan, penentuan gender bisa dilakukan sebelum pembuahan atau terbentuknya embrio. Kebayang kalau itu dilakukan, berapa banyak embrio yang akan terbuang, jadi sangat tidak etis,” tandas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.2794 seconds (0.1#10.140)