Teliti Sinkhole di Sukabumi, Ini Kesimpulan Tim Kementerian ESDM

Minggu, 09 September 2018 - 21:07 WIB
Teliti Sinkhole di Sukabumi, Ini Kesimpulan Tim Kementerian ESDM
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan tim dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) untuk meneliti sinkhole di Kampung Legoknyenang, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
A A A
BANDUNG - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan tim dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) untuk meneliti lubang pada tanah yang terbentuk tiba-tiba atau sinkhole di Kampung Legoknyenang, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Pejabat Fungsional Perekayasa Utama di PAGTL, Badan Geologi Kemen ESDM Rustam mengatakan, hasil penelitian tim PATGTL menemukan sejumlah fakta. Amblesan tanah itu berada pada koordinat 106° 54’ 53,34” BT, 6° 52’ 25,66” LS dan muncul pada Kamis 6 September 2018, pukul 11.30 WIB di areal persawahan.

"Lubang amblesan berbentuk oval dengan dimensi panjang 6,5 meter, lebar 4 meter, dengan kedalaman 6 meter. Elevasi permukaan tanah lokasi amblesan 774,3 mdpl," kata Rustam dalam siaran pers, Minggu (9/9/2018).

Lokasi titik amblesan, ujar dia, terletak di atas terowongan tanah yang dialiri air. Terowongan tersebut berukuran panjang kurang lebih 50 meter dengan mulut outlet terowongan tinggi 3,2 meter, lebar 2,5 meter, melintas dari arah barat laut menuju tenggara yaitu Sungai Cigalunggung. Kedalaman pada ujung barat laut (tempat masuknya air) 6 meter, sedangkan kedalaman pada ujung tenggara (tempat keluarnya air) sekitat 10 meter di bawah permukaan tanah.

Akibat amblesan itu, aliran air pada terowongan bawah tanah agak tertahan, sehingga terjadi genangan di ujung barat laut tempat masuknya air. "Kondisi geologi daerah amblesan, secara morfologi lokasi amblesan terletak pada lereng selatan bawah Gunung Gede. Lokasi tersebut berelevasi 774,3 mdpl, dengan kemiringan lereng sekitar 15%. Lokasi tersebut merupakan lahan persawahan produktif," ujar dia.

Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar (Effendi, dkk, 1998), lokasi amblesan berada pada Formasi Batuan Gunungapi Gede (Qvg), yang tersusun dari litologi breksi tufan dan lahar, andesit dengan oligoklas-andesin, piroksen dan banyak sekali hornblende, tekstur seperti trakhit, umumnya lapuk sekali.

Sementara, berdasarkan pengamatan di lapangan, lokasi kejadian berada pada tanah lapukan batuan gunung api berupa pasir tufan, dengan karakteristik tanah lapuk berwarna kuning kecokelatan, kurang padu, agak gembur, karena penggunaan lahan di atasnya berupa sawah, maka tanah tersebut jenuh air.

"Atas dasar fakta-fakta tersebut, tim PATGTL menyimpulkan, faktor penyebab amblesan adalah terowongan tanah (tanpa konstruksi penguat pada dinding dan atapnya) yang melintas tepat di lubang amblesan," tutur Rustam.

Dinding dan atap terowongan tanah tersebut, ungkap dia, sedikit demi sedikit tergerus oleh aliran air sehingga menyebabkan adanya rongga bawah tanah yang semakin membesar dan tidak kuat menahan beban tanah di atasnya yang mengalami penambahan tingkat kejenuhan tanah akibat mulai turunnya hujan.

Karena itu, segera dilakukan pembersihan sumbatan tanah amblesan dan sampah pada terowongan agar aliran air pada terowongan tetap terjaga, sehingga tidak terjadi akumulasi dan luapan air pada bagian tempat masuknya air.

Perlu juga dilakukan penguatan pada dinding dan atap sepanjang terowongan tanah tersebut, agar tanah tetap stabil (tidak ambles). Memasuki musim hujan ini masyarakat sekitar agar tetap berhati-hati, kemungkinan terjadinya amblesan masih dapat terjadi.

"Sehingga pemasangan police line yang ini sudah dilakukan, perlu ditambahkan papan peringatan tidak terlalu dekat dengan dinding amblesan yang terbentuk. Masyarakat agar tetap waspada amblesan tanah, namun tidak panik," pungkas Rustam.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.1267 seconds (0.1#10.140)