Jembatani Dua Generasi di Era Digital, Peneliti UI Berikan Edukasi

Selasa, 19 November 2019 - 06:05 WIB
Jembatani Dua Generasi di Era Digital, Peneliti UI Berikan Edukasi
Peneliti Vokasi Universitas Indonesia (UI) melakukan edukasi pada masyarakat mengenai dunia digital. Kegiatan dimulai di Kelurahan Mekar Jaya, Depok dengan nama Klinik Digital yang merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian Masyarakat DRPM UI 2019. Foto SI
A A A
DEPOK - Peneliti Vokasi Universitas Indonesia (UI) melakukan edukasi pada masyarakat mengenai dunia digital. Kegiatan dimulai di Kelurahan Mekar Jaya, Depok dengan nama Klinik Digital yang merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian Masyarakat DRPM UI 2019. Sebagai penutup kegiatan, para peneliti memberikan edukasi pada warga di Perumnas Klender, Jakarta.

Kegiatan ini menghadirkan Pengabdi Pengmas Vokasi Humas, Devie Rahmawati yang memberikan paparan mengenai 'Pola Asuh Anak Sehat di Era Digital'.

Dikatakan Devie, berdasarkan hasil studi yang dilakukan selama aktivitas Klinik Digital berlangsung semenjak 2018, ditemukan fakta bahwa kelompok Digital Immigrant yaitu kelompok masyarakat berusia di 35 - 65 tahun ke atas memiliki karakter pembelajar digital yang aktif.

"Namun sayangnya, kecepatan tersebut tidak dibarengi dengan ketepatan dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam mengkonsumsi produk-produk digital. Kondisi ini membuat kelompok imigran ini menjadi salah satu penyebar berita bohong (hoax) misalnya," kata Devie Rahmawati, Senin (18/11/2019).

Penggiat aktivitas Klinik Digital UI itu menuturkan, kondisi ini berbeda dengan kelompok Digital Native, yaitu kelompok masyarakat berusia 15 - 30 tahun, dimana generasi ini adalah anak kandung peradaban digital. Mereka sudah terbiasa dengan fasilitas digital.

"Namun sayangnya, kemampuan digital yang sudah mengalir dalam darah mereka tidak selalu dipergunakan untuk aktivitas produktif," tambahnya.

Dua kondisi ini yang mendorong Program Vokasi Humas UI merancang aktivitas klinik digital yang menyasar dua kelompok masyarakat ini, untuk diperkuat kompetensi digitalnya. Kelompok digital immigrant diarahkan agar belajar dengan tepat dan tidak latah.

"Sedangkan digital native dipastikan agar memperkuat kemampuan digitalnya agar mampu menghasilkan uang secara profesional misalnya," ucapnya.

Devie menuturkan, para digital immigrant yang sebagian besar ialah seorang ibu diberikan pengetahuan tentang bahaya dan berkah dunia digital yang siap menyambut anak-anak mereka seperti pengaruh pornografi, seks bebas, narkoba digital dan sebagainya. Walau di sisi lain, anak-anak juga dapat memperoleh ketrampilan IT, berbahasa inggris, semangat kolaborasi yang luas di dunia digital.

"Untuk dapat mengurangi bahaya digital, justru yang harus dilakukan oleh para orang tua ialah menggunakan pola asuh yang sehat untuk anak yaitu pola asuh asertif, bukan otoritarian atau bahkan permisif," ungkapnya.

Sedangkan untuk kelompok usia digital native, kampung digital selalu menghadirkan berbagai pembicara yang dapat membantu mereka untuk memanfaatkan kecerdasan materi digital untuk berkarya. Dia bersama peneliti lain memberikan edukasi tentang menggunakan instagram untuk berjualan.

"Peserta dibimbing dari mulai bagaimana memilih bisnis yang tepat, merancang aktivitas marketing sosial, mengelola akun instagram agar menghasilkan pengikut yang banyak dan sebagainya," tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0565 seconds (0.1#10.140)