Wali Kota Cimahi Ajak Pelajar Jaga Alam
A
A
A
CIMAHI - Jambore Relawan Pelajar Bela Alam digelar di Lapangan Cibaligo, Kelurahan Cipageran, Kota Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (16/11/2019). Acara yang digelar dua hari ini diikuti ratusan pelajar dan dibuka langsung oleh Wali Kota Cimahi Ajay Muhammad Priatna.
Ajay mengatakan, Relawan Pelajar Bela Alam harus menjadi agent of change untuk menggerakkan masyarakat khususnya generasi muda agar peduli kepada alam. Jambore juga menjadi ajang dalam meningkatkan kemampuan diri menangani bencana, yang disebabkan oleh faktor alam, non-alam, maupun akibat ulah manusia.
"Jawa Barat termasuk Kota Cimahi memiliki kerentanan terjadi bencana yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan kerugian harta benda. Hal itu yang harus diantisipasi dan jambore ini adalah wahana belajar mempersiapkan relawan yang tanggap bencana," kata Ajay.
Selain itu, lanjut Ajay, bencana juga menimbulkan permasalahan lain seperti pemenuhan kebutuhan hidup bagi warga masyarakat yang mengungsi, kerawanan penyakit menular, serta masalah keamanan harta benda yang ditinggalkan oleh para pengungsi.
Merujuk pada data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kawasan Bandung Raya sebelah utara dan barat yang meliputi wilayah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya masuk ke dalam kawasan Sesar Lembang yang terus bergerak.
"Kompleksitas bencana di perkotaan seperti Cimahi ini beragam seperti gempa bumi dan tanah longsor, kebakaran, banjir, kekeringan atau kekurangan air. Sehingga mari kita jaga alam agar alam pun menjaga kita," ucapnya.
Dia pun meminta semua stakeholders terkait melakukan langkah-langkah proaktif dan preventif, untuk membantu masyarakat yang mungkin akan terkena dampak bencana. Semua komponen masyarakat harus dapat mensinergiskan visi, misi dan tujuan bersama yang dilandasi itikad baik serta semangat dalam mengawal pembangunan kota.
“Kaum muda di sini harus mengambil peranan dalam menjaga lingkungan agar tercipta kelestariannya demi kelangsungan hidup generasi penerus. Sebab, penanganan bencana ini menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah," pungkasnya.
Ajay mengatakan, Relawan Pelajar Bela Alam harus menjadi agent of change untuk menggerakkan masyarakat khususnya generasi muda agar peduli kepada alam. Jambore juga menjadi ajang dalam meningkatkan kemampuan diri menangani bencana, yang disebabkan oleh faktor alam, non-alam, maupun akibat ulah manusia.
"Jawa Barat termasuk Kota Cimahi memiliki kerentanan terjadi bencana yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan kerugian harta benda. Hal itu yang harus diantisipasi dan jambore ini adalah wahana belajar mempersiapkan relawan yang tanggap bencana," kata Ajay.
Selain itu, lanjut Ajay, bencana juga menimbulkan permasalahan lain seperti pemenuhan kebutuhan hidup bagi warga masyarakat yang mengungsi, kerawanan penyakit menular, serta masalah keamanan harta benda yang ditinggalkan oleh para pengungsi.
Merujuk pada data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kawasan Bandung Raya sebelah utara dan barat yang meliputi wilayah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya masuk ke dalam kawasan Sesar Lembang yang terus bergerak.
"Kompleksitas bencana di perkotaan seperti Cimahi ini beragam seperti gempa bumi dan tanah longsor, kebakaran, banjir, kekeringan atau kekurangan air. Sehingga mari kita jaga alam agar alam pun menjaga kita," ucapnya.
Dia pun meminta semua stakeholders terkait melakukan langkah-langkah proaktif dan preventif, untuk membantu masyarakat yang mungkin akan terkena dampak bencana. Semua komponen masyarakat harus dapat mensinergiskan visi, misi dan tujuan bersama yang dilandasi itikad baik serta semangat dalam mengawal pembangunan kota.
“Kaum muda di sini harus mengambil peranan dalam menjaga lingkungan agar tercipta kelestariannya demi kelangsungan hidup generasi penerus. Sebab, penanganan bencana ini menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah," pungkasnya.
(zik)