BPS: 1,9 Juta Warga Jabar Menganggur, Lulusan SMK Paling Banyak

Kamis, 14 November 2019 - 15:47 WIB
BPS: 1,9 Juta Warga Jabar Menganggur, Lulusan SMK Paling Banyak
Foto/SINDONews/Dok/Ilustrasi
A A A
BANDUNG - Jumlah pengangguran di Jawa Barat pada periode Agustus 2019 mencapai 1,9 juta orang. Kendati jumlah penduduk bekerja juga meningkat, namun angka pengangguran tercatat naik 53.000 orang.

Kepala BPS Jabar Doddy Herlando mengatakan, pada Agustus 2019 sebanyak 21,9 juta orang adalah penduduk Jabar bekerja sedangkan sebanyak 1,9 juta orang menganggur. Dibanding setahun yang lalu (2018), penduduk bekerja maupun penganggur mengalami peningkatan.

"Jumlah penduduk bekerja bertambah 1,12 juta orang, sedangkan pengangguran juga bertambah sebanyak 53.260 orang. Atas jumlah itu, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 23,8 juta orang atau naik 1,17 juta orang dibanding Agustus 2018," kata Doddy, Kamis (14/11/2019).

Kenaikan jumlah angkatan kerja, juga mendorong Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK pada Agustus 2019 tercatat sebesar 65,07%, meningkat 2,15% dibanding setahun yang lalu. Peningkatan TPAK memberikan indikasi adanya percepatan potensi ekonomi dari sisi pasokan tenaga kerja yang juga meningkat.

BPS mencatat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2018 sebesar 8,17 persen turun menjadi 7,99 persen pada Agustus 2019. TPT, kata dia, adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.

Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding keadaan wilayah perdesaan. Pada Agustus 2019, TPT di wilayah perkotaan sebesar 8,04 persen,

Sedangkan TPT di wilayah perdesaan sebesar 7,83 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, baik di perkotaan maupun di perdesaan TPT mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,15 persen.

Menurut dia, siswa SMK masih menjadi pengaturan terbanyak di Jabar. TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 14,53 persen. TPT tertinggi berikutnya adalah pada tingkat SMA Umum 10,89 persen. Dengan kata lain, ada penawaran

tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA. "Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil di antara semua tingkat pendidikan, yaitu sebesar 4,26 persen," jelas dia.

Sementara berdasarkan identifikasi, pada Agustus 2019 sebanyak 10,91 juta orang (49,82 persen) penduduk bekerja dengan status pekerjaan formal dan sebanyak 10,99 juta orang (50,18 persen) bekerja dengan status pekerjaan informal. Selama setahun terakhir (Agustus 2018-Agustus 2019), pekerja informal naik sebanyak 0,97 juta orang (1,96 persen).
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0668 seconds (0.1#10.140)