Musim Kemarau, Petani Relakan Lahan Sawah Jadi Lapangan Bola

Sabtu, 08 September 2018 - 16:25 WIB
Musim Kemarau, Petani Relakan Lahan Sawah Jadi Lapangan Bola
Salah satu lahan sawah di Kecamatan Cihampelas, KBB, yang dibiarkan tidak digarap pemiliknya dan dipergunakan sementara menjadi lapangan sepak bola. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Sejumlah petani di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) memilih menelantarkan lahan sawah mereka selama musim kemarau ini. Bahkan, mereka juga tidak keberatan sepetak lahan sawah mereka disulap sementara waktu untuk menjadi arena atau lapang sepak bola dadakan.

Seperti terlihat di beberapa tempat di Kecamatan Cihampelas, beberapa lahan sawah kini justru dimanfaatkan warga untuk jadi lapangan bola. Sementara, sebagian lahan lainnya hanya dibiarkan begitu saja setelah panen terakhir dilakukan. Tidak adanya hujan membuat lahan sawah mengering. Kalaupun ada aktivitas petani, mereka hanya membakar jerami kering sisa-sisa panen beberapa bulan lalu.

"Kalau data yang kami catat untuk lahan sawah, sedikitnya 1.275 hektare (ha) lahan pertanian mengering. Itu diakibatkan musim kemarau yang hingga saat ini belum berakhir," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB Duddy Prabowo melalui Kabid Logistik dan Kedaruratan Dicky Maulana, Sabtu (8/9/2018).

Dia menyebutkan, meskipun hujan beberapa kali turun namun belum terlalu berdampak kepada lahan pertanian. Kekeringan lahan pertanian yang cukup parah terjadi di 36 desa yang ada di Kecamatan Cipeundeuy, Parongpong, Cipongkor, dan Cipatat.

Di Kecamatan Cipeundeuy terjadi di 12 desa dengan luas area terdampak 714 ha, Parongpong 6 desa 63 ha, Cipongkor 14 desa seluas 396 ha, dan Kecamatan Cipatat 4 desa dengan luas lahan pertanian 102 ha.

Terkait hal ini, Dicky mengatakan BPBD hanya memiliki fungsi koordinasi. Laporan mengenai kondisi itu sudah diteruskan kepada Dinas Pertanian untuk dilakukan langkah penanggulangan. Diharapkan dinas terkait dengan berkoordinasi kepada lintas sektor bisa melakukan antisipasi ketika musim kemarau masih cukup panjang.

"Kami koordinasikan kepada dinas terkait karena status saat ini masih siaga bencana, jika status naik menjadi tanggap darurat baru kami turun," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, ada juga 51 desa yang terdampak kekeringan di tujuh kecamatan dan kesulitan air bersih. Kecamatan Cikalongwetan menjadi yang terparah. Berdasarkan hasil inventarisir, di kecamatan itu ada 73.996 jiwa yang tersebar di 14 desa kesulitan memperoleh air bersih.

"Berdasarkan data kami, estimasi kebutuhan air bersih untuk masyarakat Cikalongwetan yang terdampak sebanyak 1.479.920 liter atau jika dirata-ratakan 20 liter per jiwa."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2013 seconds (0.1#10.140)