Ini Penjelasan PVMBG tentang Sinkhole di Kadudampit

Jum'at, 07 September 2018 - 21:30 WIB
Ini Penjelasan PVMBG tentang Sinkhole di Kadudampit
Sinkhole muncul di tengah areal persawahan di Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Foto: ISTIMEWA
A A A
BANDUNG - Masyarakat dikejutkan dengan kemunculan sinkhole di areal persawahan Kampung Legoknyenang RT 05/02, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (7/9/2018).

Berikut penjelasan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait fenomena itu.

Kepala PVMBG Kasbani mengatakan, sinkhol di Kadudampit sebenarnya terjadi pada Kamis 6 September 2018 pukul 11.30 WIB dan 19.00 WIB. Sinkhole tersebut merupakan akibat dari gerakan tanah.

"Gerakan tanah yang terjadi diperkirakan berupa amblesan membentuk lingkaran berdiameter 6 meter dengan kedalaman 6 meter. Terlihat juga retakan di bagian pinggir lubang," kata Kasbani dalam keterangan tertulis yang diterima SINDONews.

Kasbani mengemukakan, kondisi morfologi daerah bencana (Kadudampit, Kabupaten Sukabumi), secara umum merupakan kaki lereng Gunung Gede Pangrango dengan kemiringan lereng landai menengah.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa (A.C. Effendi, 1998), ujar dia, batuan penyusun daerah bencana berupa endapan lebih tua, lahar, dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksen, dan hornblenda (Qvpo).

Ini Penjelasan PVMBG tentang Sinkhole di Kadudampit


Sedangkan berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi, daerah bencana termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah. Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, jurang, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.

Tim, ujar Kasbani, menemukan fakta, di bawah areal persawahan terdapat saluran (terowongan) air sepanjang kurang lebih 50 Meter yang struktur tanah labil karena rembesan air dari persawahan sekitarnya.

"Sifat fisik batuan penyusun kurang kompak, mudah meloloskan air, dan mudah luruh jika kena air, sistem drainase yang kurang baik; tataguna lahan berupa sawah yang jenuh air; saluran air/terowongan air alami tidak mengikuti kontruksi teknis yang sesuai," ujar Kasbani.

Terkait kejadian itu, tutur dia, PVMBG merekomendasikan, harus dibuat batas pengaman di sekitar terjadinya amblesan. Saluran atau terowongan air yang masih tersisa agar dibuka atau dibuat kontruksi yang memadai.

Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi amblesan agar selalu waspada untuk mengantisipasi jika amblesan meluas agar mengungsi ke tempat lebih aman," pungkas Kasbani.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5627 seconds (0.1#10.140)