Kominfo dan Suara Muhammadiyah Kolaborasi Satukan Perbedaan Bangsa

Kamis, 07 November 2019 - 14:15 WIB
Kominfo dan Suara Muhammadiyah Kolaborasi Satukan Perbedaan Bangsa
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali berkolaborasi dengan Suara Muhammadiyah dengan menggelar dialog publik Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri. Foto/SINDO Weekly/Ade Nyong La Tayeb
A A A
BANDUNG - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali berkolaborasi dengan Suara Muhammadiyah dengan menggelar dialog publik 'Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri' untuk membangkitkan semangat kebersamaan di tengah keberagaman bangsa, terutama pasca-Pilpres 2019.

Staf Ahli Kominfo RI Henri Subiakto yang hadir sebagai pembicara mengapresiasi Suara Muhammadiyah sebagai representasi dari salah satu ormas islam terbesar di Indonesia yang turut berkolaborasi menyatukan keberagaman masyarakat Indonesia. Henri pun menyoroti komposisi menteri dan wakil menteri di Kabinet Indonesia Maju yang menurutnya sudah cukup mewakili keberagaman Indonesia.

"Di kabinet (Kabinet Indonesia Maju), sudah cukup menggambarkan betapa besarnya keberagaman yang kita miliki. Ada menteri dari Muhammadiyah, dari NU (Nahdlatul Ulama), dari Indonesia Timur, Papua, Manado, dan daerah Indonesia lain," kata Henri di Hotel Fox Harris Bandung, Rabu (6/11/2019).

"Artinya Indonesia sudah mengakomodir keberagaman lewat perwakilan menteri-menteri," sambungnya.

Ia berharap, dengan begitu persatuan Indonesia di tengah keberagaman tetap terpelihara. Apalagi menurutnya sebagai bangsa yang besar, Indonesia sering dilanda cobaan terkait dengan isu keberagaman yang berpotensi memecah belah integrasi bangsa.

"Kita sering lupa mengakomodir keberagaman yang kita miliki, karena saking banyaknya suku dan agama di Indonesia. Kemarin di pertarungan pilpres contohnya, hampir saja memecah belah kita sebagai bangsa. Inilah upaya kita, Suara Muhammadiyah dan Kominfo mencoba merekatkan kembali," tegasnya.

Ia pun mengimbau agar bangsa Indonesia tidak cepat 'baper' dengan situasi politik Tanah Air. Perpecahan warga hanya karena persoalan perbedaan pilihan politik hanya akan merugikan bangsa. "Politik itu permainan elite, kita nggak usah baper. Wong sekarang elitenya rangkul-rangkulan," ujarnya.

Tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif juga menegaskan tujuan dari kegiatan dialog publik ini adalah untuk memperkuat integrasi nasional di tengah serbuan ideologi-ideologi dari luar, terutama dari negara-negara yang tengah mengalami perang saudara.

"Perbedaan itu dikelola agar bersatu. Bangsa ini (Indonesia) tengah berproses sehingga banyak masalah yang dihadapi. Jangan sampai ada ideologi dari luar merusak kebinekaan kita," kata Buya Syafii.

Salah satu narasumber, Irfan Amalee yang merupakan penulis dan CoFounder PeaceGenID bicara tentang penanganan hoaks. Menurutnya, setiap manusia mempunyai pemikiran yang berbeda. Berita-berita hoaks akan menggiring pemikiran manusia untuk menpercayainya sehingga dapat memberikan pengaruh buruk. Oleh karenanya, dia meminta kepada seluruh masyarakat penggiat komunikasi publik untuk menandingi berita hoaks dengan konten-konten positif agar berita hoaks tersebut tidak bertambah luas tersebar.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1482 seconds (0.1#10.140)