Dedi Mulyadi Miris Jati Diri Bangsa Indonesia Tergerus Budaya Asing

Minggu, 03 November 2019 - 07:37 WIB
Dedi Mulyadi Miris Jati Diri Bangsa Indonesia Tergerus Budaya Asing
Foto/Dok Dedi Mulyadi
A A A
BANDUNG - Tokoh masyarakat Jawa Barat yang juga Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengaku miris dengan kondisi saat ini, dalam hal ini jati diri bangsa Indonesia semakin tergerus oleh kebudayaan asing.

Dedi yang dikenal sebagai sosok yang memegang teguh adat dan istiadat masyarakat Sunda itu menilai, tergerusnya jadi diri bangsa Indonesia tak lepas dari pertarungan antara budaya Barat dan Arab yang belakangan dampaknya dirasakan semakin besar.

Di lain sisi, lanjut Dedi, disadari atau tidak, bangsa Indonesia pun telah lama meninggalkan jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Kondisi tersebut membuat pengaruh budaya Barat dan Arab semakin kentara di kalangan masyarakat Indonesia.

"Problem Indonesia itu adalah lama meninggalkan jati dirinya. Ketika hari ini digempur budaya Arab, bangsa Indonesia menjadikan hal itu sebagai antitesa budaya Barat," ungkap Dedi, Sabtu (2/11/2019).

"Hari ini kita digempur oleh budaya Arab, tapi kita juga mengadaptasi budaya Barat. Kalau ada yang bilang dirinya nasionalis, ternyata gayanya kapitalis kebarat-baratan. Saat ini, yang bertarung sebenarnya adalah budaya Barat melawan budaya Arab," sambung Dedi.

Padahal, lanjut Dedi, jika rakyat Indonesia sejak dulu teguh menjaga jati dirinya sebagai bangsa Indonesia, Dedi yakin, fenomena pertempuran budaya Arab melawan budaya Barat seperti saat ini tidak akan terjadi.

Sebelum semakin terlambat, kata Dedi, masyarakat harus menyadari bahwa jati dirinya adalah bangsa Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan adat istiadat, salah satunya dengan menjunjung adat dan istiadat daerahnya masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

"Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan adat istiadat, masyarakat harus berbuat nyata mempraktikan adat istiadat itu dalam kehidupan sehari-hari," katanya.

Selain itu, Dedi pun berharap, pemerintah peka terhadap fenomena tergerusnya jati diri bangsa Indonesia ini dan segera mengambil langkah kongkret, agar jati diri bangsa Indonesia tidak semakin tergerus.

"Di pemerintahan misalnya, para kepala daerah harus mulai menggunakan pakaian khas daerah. Kalau saya dari dulu (sejak menjabat Bupati Purwakarta) sudah menggunakan pakaian khas. Ke depan, Pak Jokowi juga harus menggunakan pakaian asli Indonesia saat berkunjung ke luar negeri," paparnya.

Langkah konkret lainnya, tambah Dedi, pemerintah harus segera membuat rumusan undang-undang sebagai benteng, agar adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia tetap lestari.

"Sebab, perlu juga ketauladanan dalam melestarikan jati diri bangsa ini. Ngomong Pancasila, kebangsaan tanpa ketauladanan, khawatirnya ada perlawanan, yakni demokrasi karena Pak Jokowi (masa jabatannya) akan selesai 2024. Mumpung Pak Jokowi masih ada waktu, diperlukan rumusan konkret dalam bentuk undang-undang," jelasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1872 seconds (0.1#10.140)