Menkopolhukam: Meski Al-Baghdadi Tewas, Radikalisme ISIS Masih Ada

Rabu, 30 Oktober 2019 - 18:54 WIB
Menkopolhukam: Meski Al-Baghdadi Tewas, Radikalisme ISIS Masih Ada
Menkopolhukam Mahfud MD dalam acara Bincang Seru Mahfud di Graha Sanusi, Unpad, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (30/10/2019). Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Meski pimpinan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) Abu Bakar Al-Baghdadi dikabarkan tewas dalam operasi militer Amerika Serikat, namun virus pahamradikal masih ada dan menyebar hingga ke Indonesia.

Pendapat tersebut disampaikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD seusai kegiatan 'Bincang Seru Mahfud' di Graha Sanusi, Universitas Padjajaran (Unpad), Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (30/10/2019).

"Paham radikal ISIS masih ada dan menjadi virus. Virus Al-Baghdadi itu ada di Indonesia. Sekarang biangnya sudah meninggal. Nah virus ini juga perlu diselesaikan atau dibersihkan," kata Mahfud.

Ancaman terhadap Indonesia, ujar Mahfud, ada dua, pertama terhadap teritorial berupa separatisme. Kedua ideologi, yakni radikalisme. Kedua hal itu merupakan ancaman berbahaya.

"Dua-duanya bahaya. Artinya pengaruh kekerasan, terorisme, dan pikiran-pikiran radikalisme di sini (Indonesia) harus ditiadakan atau dibersihkan lah ya, melalui kesigapan kita dalam menjaga keutuhan Indonesia," ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.

Menurut Mahfud perlu ada kegiatan-kegiatan yang membicarakan Pancasila. Bahkan, mahasiswa dan pelajar perlu terus dibekali nilai-nilai luhur Pancasila.

"Makanya saya mengadakan bincang seru untuk menyiapkan generasi muda para mahasiswa untuk menjiwai nilai-nilai kebersamaan dan kekokohan sebagai bangsa berdasarkan Pancasila. Kita tanamkan nilai-nilainya dalam keseharian," tutur Mahfud.

Disinggung tentang pernyataan politisi senion Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang akan menjewer menteri-menteri pilihan Jokowi jika tak becus bekerja, Mahfud MD menyatakan siap.

"Ya baguslah. Biarin. Saya juga siap dijewer suatu saat kalau sudah enam bulan. Nanti ketemu Pak Amien Rais 'Pak tolong saya dijewer kalau memang mau dijewer', kan orang tua," ungkap Mahfud.

Sementara itu, di bagian lain Mahfud mengimbau kampus tidak membatasi kreativitas mahasiswa. Sebab kampus merupakan salah satu cara membangun demokrasi para mahasiswa.

"Tadi saya baca tabloid. Katanya kampus sudah tidak demokratis, sudah banyak melarang mahasiswa kreatif, melarang diskusi atau memata-matai diskusi. Maka saya berpikir, itu tidak baik. Saya pikir, kampus biarlah kampus, membangun kehidupan demokrasi," kata Mahfud.

Dia mengemukakan, selain menjalani kewajiban belajar, mahasiswa juga memiliki tradisi diskusi, seminar, dan kuliah umum. "Banyak orang IPK-nya tinggi tapi tidak bisa berkembang dan tidak bisa mengembangkan masyarakat dengan baik. Maka harus ada tradisi diskusi, seminar, pameran buku, lukisan, kuliah umum, studi wisata," ujar dia.

Meski begitu, dia juga meminta agar kegiatan diskusi di kampus tidak dilakukan secara tertutup dan melanggar aturan hukum. "Mahasiswa boleh diskusi apapun sepanjang tidak melanggar hukum, jangan mengadakan acara gelap-gelap, agenda memojokkan, mencaci maki kelompok tertentu. Terbuka saja, pimpinan universitas pasti tidak boleh melarang. Mahasiswa juga harus kreatif. Pimpinan yang tampil di etalase pemerintah, dulunya aktivis yang banyak diskusi," pungkas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8608 seconds (0.1#10.140)