Tari Belentung Refleksi Kearifan Masyarakat Agraris Jatitujuh

Jum'at, 25 Oktober 2019 - 13:36 WIB
Tari Belentung Refleksi Kearifan Masyarakat Agraris Jatitujuh
Pelajar berlatih Tati Belentung. Foto/Panitia Festival Tanah Air 2019
A A A
MAJALENGKA - Tari Belentung lahir sebagai refleksi dari kondisi alam di daerah agraris Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Tarian ini akan menjadi pembuka Festival Tanah Air 2019 yang akan berlangsung di kawasan Bendung Rentang Jatitujuh.

"Tari Belentung itu awal kelahirannya merupakan refleksi mutakhir kami terhadap tanah dan sawah yang semakin habis," kata Oki Sandy, penggagas awal Tari Belentung kepada SINDOnews, Jumat (25/10/2019).

Oki mengemukakan, embrio kelahiran Tari Belentung muncul pada tahun lalu. Saat itu, sempat ada pembicaraan antarseniman teater di Cirebon yang didalamnya membahas tarian lokal.

"Dari sana, muncul ide Tari Belentung. Kemudian diobrolin dengan teman-teman di sini. Lalu lahirlah gerakannya yang seperti itu," ujar Oki, yang juga seniman teater itu.

Berbicara tentang Belentung yang merupakan hewan sawah, Oki menuturkan, kehadiran Tari Belentung tidak sekadar romantisme belaka, mengenang masa-masa lalu ketika masih sangat mudah mendengar suara hewan yang dalam bahasa Indonesia disebut Katak itu.

"Tidak sekadar romantisme, tapi juga utopis. Kebahagiaan para petani. Tari Belentung riang gembira. Sebagaimana para petani yang bergembira, sehingga ekosistem terjaga," tutur dia.

Oki mengungkapkan, terdapat 14 gerakan dalam Tari Belentung. Dari 14 gerakan itu, dibagi dua masing-masing tujuh gerakan memiliki makna kemanusiaan, dan tujuh lainnya memiliki nilai ketuhanan.

"Hablu mina Allah, dan hablu minanas. Mudah-mudahan jadi pengingat, media mengingatkan kita, apalah artinya pembangunan jika tidak berpihak kepada alam, lingkungan," ungkap Oki.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.4730 seconds (0.1#10.140)