Tradisi saat Bulan Safar, Kue Apem dan Salat Tolak Bala

Rabu, 23 Oktober 2019 - 17:47 WIB
Tradisi saat Bulan Safar, Kue Apem dan Salat Tolak Bala
Ada tradisi masyarakat Desa Putri Dalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka untuk membuat kue Apem saat bulan Safar. Bukan untuk dikonsumsi sendiri, melainkan untuk dibagi-bagi kepada warga sekitar. Foto SINDOnews/Inin N
A A A
MAJALENGKA - Pada sebagian kalangan masyarakat, tidak sedikit bulan pada tahun Hijriyah memiliki tradisi tersendiri. Seperti B ulan Safar yang masih sedang berlangsung saat ini. Pada bulan ke dua dari tahun Hijriyah ini, ada tradisi di sebagian masyarakat untuk membuat kue Apem. Bukan untuk dikonsumsi sendiri, melainkan untuk dibagi-bagi kepada warga sekitar.

Tradisi tersebut salah satunya masih dilakukan oleh masyarakat Desa Putri Dalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka . Di desa ini, sejumlah warga dari kalangan ibu-ibu menyempatkan waktu untuk bergotong royong membuat Apem, untuk kemudian dibagikan kepada warga.

"Ini sudah tradisi turun temurun, sampai saat ini. Kebetulan keluarga saya dari leluhur sudah biasa membuat Apem. Sekarang dilanjutkan oleh Uwa (anak kakek) paling tua, " kata Amin Halimi, salah satu tokoh pemuda Desa Putri Dalem, saat berbincang dengan SINDOnews, Rabu (23/10/2019).

Sebelum membuat Apem, jelas dia, masyarakat terlebih dahulu melaksanakan Salat Tolak Bala. Sama halnya dengan membuat Apem, Salat Sunah Tolak Bala juga rutin dilakukan setiap Bulan Safar. "Waktu pelaksanaannya pas hari Rabu Wekasan, atau Hari Rabu terakhir di Bulan Safar," papar dia.

Tampak Sederhana, Tapi Tak Mudah
Apem sendiri adalah Kue warna putih yang terbuat dari Tepung beras dengan beberapa campuran lainnya. Apem biasa disantap dengan cara dicocol ke Gula Kelapa yang sudah dimasak.

Untuk di Desa Putri Dalem, di keluarga Amin, bahan yang digunakan sebanyak 20 liter beras, yang kemudian digiling agar menjadi tepung. Setelah menjadi Tepung, masih ada bahan campuran lainnya yang diperlukan untuk membuat Apem.

"Dicampur dengan peyeum (tapai) nasi. Cara memebuatnya, nasi biasa dibikin peyeum dulu, dengan proses selama dua malam lah. Setelah itu dicampurkan dengan tepung beras. Untuk tepung 20 liter, Peyeumnya itu sekitar 1 liter," kata salah satu warga yang ikut membuat Apem, Catim.

Dua bahan itu lalu diadon menjadi satu dengan ditaburi bumbu-bumbu, yakni bibit ragi seukuran empat sendok makan dan ragi sebanyak dua pax (50 biji). "Setelah itu, didiamkan dulu sekitar 2 jam. Baru dimasak dengan menggunakan cetakan," jelas dia.

Untuk pelengkap sendiri, dengan jumlah 20 liter tepung beras bahan Apem, dibutuhkan sebanyak 5 kilogram gula merah, kelapa 10 butir, dan gula pasir sebanyak 0,5 kilogram.

Melihat bahan-bahan yang digunakan, salah satunya Ragi dan campuran Peyeum nasi, tidak aneh jika ada rasa sedikit asam pada Apem. Namun rasa asam yang muncul itu justru membuat sensasi Apem semakin nikmat. Apalagi, jika saat menyantap Apem ditemani dengan minuman kopi pahit atau teh hangat tawar.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4721 seconds (0.1#10.140)