Rosemary-Ki Ageng Ganjur Sukses Kolaborasikan Musik Punk dan Gamelan

Senin, 21 Oktober 2019 - 12:21 WIB
Rosemary-Ki Ageng Ganjur Sukses Kolaborasikan Musik Punk dan Gamelan
Grup band Rosemary saat tampil pada acara Djarum Coklat Dot Com (DCDC) Rock N’Semble di Lapangan Pussenif, Jalan Supratman, Kota Bandung, Sabtu (19/10/2019) malam. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Pertunjukan apik menggabungkan musik bergenre punk dan gamelan berhasil dipertontonkan grup band Rosemary dan Ki Ageng Ganjur pada event Djarum Coklat Dot Com (DCDC) Rock N’Semble di Lapangan Pussenif, Jalan Supratman, Kota Bandung, Sabtu (19/10/2019) malam.

Rosemary-Ki Ageng Ganjur Sukses Kolaborasikan Musik Punk dan Gamelan


Kolaborasi dua genre musik yang notabene bertolak belakang ini, menjadi tontotan menarik. Beat genre punk yang cenderung cepat, mampu diimbangi para pegiat musik tradisonal dari Ki Ageng Ganjur yang berbeat rendah. Bahkan, pukulan gamelan menjadi warna di antara kerasnya gebukan drum Denny Hsu, serta petikan gitar dan vokal Indra Gatot dan Inkmary, Fajar (bas), dan Bane di terompet.

Terdapat enam lagu Rosemary yang dikolaborasikan bersama Ki Ageng Ganjur. Salah satunya adalah lagu favorit para Wars (sebutan untuk penggemar Rosemar) yaitu 'Punk Rock Show'. Proses kolaborasi ini diawali dengan agenda berlatih bersama di sebuah padepokan di Yogyakarta dengan melibatkan Hinhin Agung Daryana (Akew) sebagai music director.

Kemampuannya di bidang instrumentasi tradisional membuat Hinhin menjadi sosok yang paling tepat untuk merancang aransemen antara Rosemary dan Ki Ageng Ganjur. Bahkan, saat tampil para pemain gamelan mengenakan topeng (ciri khas Rosemary). Sementara, personel Rosemary tampil tanpa make up badut yang biasa mereka kenakan.

"Ini sesuatu yang baru, pengalaman baru. Bukti akan pergerakan yang kami lakukan pada tahun ini. Ini bukti bahwa kami bisa memberi penetrasi lain yang lebih wah. Kami terima kasih banyak kepada DCDC yang sudah memfasilitasi kami. Termahal ke Ki Ageng Ganjur, yang sudah berkolaborasi," kata Fajar.

Menurut Denny, Rosemary memilih Ki Ageng Ganjur karena pada 2015 pernah menggarap musik bersama. Secara chemistry, dua grup musik ini telah saling terkait. Apalagi mereka adalah seniman tradisional tetapi dengan hasil karya modern, sehingga lebih mudah memadukannya.

"Memang ada beberapa kesulitan, karena memasukkan dua unsur musik gamelan dan punk tidak mudah. Ternyata memang unsurnya beda, tapi ternyata bisa. Kita plong saja. Ini bikin kami plong, bisa memadukan itu," beber Denny.

Inkmary menambahkan, kolaborasi ini tak hanya soal memadukan dua musik, tetapi ajang memperkenalkan musik etnik Indonesia kepada generasi muda. Ada unsur nasionalisme yang dibawa pada kolaborasi ini. Harapannya, banyak generasi muda mengenal musik tradisional.

Sementara itu, perwakilan panitia pelaksana dari Atap Promotions Uwie Fitriani mengatakan, kolaborasi yang mempertemukan gaya musik modern dan tradisional ini merupakan bukti lain dari universalitas musik. Di mana kreativitas adalah hal yang tidak berbatas dan kolaborasi jadi salah satu cara nyata untuk menabrak sekat-sekat yang muncul atas nama aliran musik tertentu.

Hasil kolaborasi ini juga jadi catatan penting untuk mengangkat potensi musik yang dimiliki negeri ini. 'DCDC Rock N’Semble' bersama Rosemary dan Ki Ageng Ganjur adalah satu terobosan yang patut untuk diapresiasi dan diharapkan penikmat musik Rosemary maupun Ki Ageng Ganjur bisa menikmati karya mereka.

"Ini adalah pesta besarnya DCDC di akhir tahun, menghadirkan Rosemary dan Ki Ageng Ganjur. Awalnya kami berpikir bahwa ini akan sangat seru nantinya untuk dijadikan konser kolaborasi. Dan baru berhasil terealisasi tahun ini," jelas dia.

Selain menampilkan kolaborasi menarik antara Rosemary dan Ki Ageng Ganjur, turut tampil musisi lain yaitu Stand Here Alone, Lowdick, Sir Iyai, Iksan Skuter, Maw & Wang, DJ E-One Cronik dan salah satu band DCDC ShoutOut! yaitu Olegun Gobs. Juga difasilitasi arena bagi komunitas.

Perwakilan DCDC Sigit Prasetyo mengatakan, DCDC selalu membuat terobosan baru dalam bermusik. Tahun lalu, pihaknya juga berhasil menggarap kolaborasi epik antara Burgerkill yang memainkan aliran musik metal dengan orkestra dalam gelaran 'DCDC Killchestra'.

Kali ini, kata dia, DCDC hadir kembali membawa satu terobosan baru yang menggabungkan dua kutub musik yang berbeda, yaitu musik punk dengan musik tradisional. Punk sebagai aliran musik 'impor' dari mancanegara berhasil dikawinkan dengan gamelan, salah satu musik tradisional kebanggaan Indonesia.

"Respons penonton cukup bagus. Mereka datang dari Serang, Karawang, Priangan timur, dan lainnya. Mereka hadir semua ke sini untuk menyaksikan kolaborasi apik ini. Ke depan Insyaallah akan terus berkembang, ide itu terus ada. Kita tunggu aja nanti," kata Sigit.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.5996 seconds (0.1#10.140)