Konferensi Internasional PAUD Kumpulkan Hasil Riset Pendidikan Pra-Sekolah

Jum'at, 18 Oktober 2019 - 23:36 WIB
Konferensi Internasional PAUD Kumpulkan Hasil Riset Pendidikan Pra-Sekolah
Konferensi International PAUD dan Pendidikan Keluarga yang digelar SEAMEO CECCEP bersama Tanoto Foundation mengumpulkan hasil penelitian dari berbagai negara. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Hasil penelitian (research) tentang pendidikan pra-sekolah dari sejumlah negara menjadi masukan penting dalam Konferensi Internasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Keluarga.

Konferensi internasional bertema 'Early Childhood Care Education and Parenting (ICECCEP): Navigating Practices, Strategy and Approach of Children Well-being in the Industrial Revolution 4.0 Era" diselenggarakan Southeast Asia Ministers of Education (SEAMEO) Center of Early Childhood Care and Parenting (CECCEP) dan Tanoto Foundation selama dua hari Kamis-Jumat 17-18 Oktober 2019 di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Acara ini diikuti oleh 150 peserta dari dalam maupun luar negeri, antara lain Malaysia, Kamboja, Filipina, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Indonesia selaku tuan rumah.

Direktur SEAMEO CECCEP Dwi Priyono mengatakan, konferensi ini bertujuan agar Sustainaible Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perkembangan, Pengasuhan, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berkualitas dapat terwujud di semua negara peserta.

"Tujuan lain dari konferensi internasional PAUD ini adalah membangun komitmen peserta dan sharing mengenai hasil penelitian di masing-masing negara," kata Dwi di Lembang, Jumat (18/10/2019).

Bagi Indonesia, ujar Dwi, pendidikan anak usia dini sangat penting untuk mewujudkan SDGs Nomor 4 butir 2, yaitu memastikan pada 2030 seluruh anak Indonesia memperoleh akses terhadap pendidikan pra-dasar berkualitas.

"Sebagai lembaga di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas kami fokus kepada research and development, capacity building, dan meningkatkan kualitas pembelajaran PAUD. Di konferensi ini, kami bisa tahu, membandingkan, dan menampung hasil research pendidikan pra-sekolah di negara-negara lain," ujar dia.

Menurut Dwi setiap negara punya contoh baik dalam mengasuh anak. Hal itu dikumpulkan, bagaimana local wisdom tiap etnik bisa diambil dan diimplementasikan.

Seperti di Jepang, masyarakatnya rela pajak dinaikkan asalkan uang hasil pajak dialokasikan untuk pendidikan anak usia dini. Semua entitas di masing-masing negara yang base on research, menjadi bahan pelajaran untuk didesiminasikan ke guru dan orang tua.

"Semua negara berkomitmen pendidikan pra-sekolah atau satu tahun sebelum SD, sangat penting dalam membentuk karakter anak. Kami banyak mendapat contoh baik dari beberapa belahan dunia, hasil konferensi ini menjadi menu bahan ajar dalam bentuk modul," tutur Dwi.

Kepala Divisi Pendidikan dan Perkembangan anak Usia Dini Tanoto Foundation Sri Kusuma mengatakan, pihaknya menemukan fakta tentang fenomena anak dan balita kecanduan gadget di negara Jepang.

Namun kini negeri tersebut telah berhasil melewati masa suram tersebut karena Jepang sudah masuk society 5.0. Sementara banyak negara, termasuk Indonesia, baru pindah dari 3.0 ke 4.0.

Sehingga fenomena kecanduan gawai di Indonesia sebagai hal lumrah untuk negara berkembang.

"Ke depan, ketika memasuki era 5.0, kecanduan gadget di Indonesia harus bisa dikendalikan. Pelajaran yang dapat diambil dari Jepang adalah negara tersebut justru memanfaatkan gawai untuk memudahkan kerja termasuk guru PAUD," ujar dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9373 seconds (0.1#10.140)