Riset SITH ITB-NCHU Taiwan Libatkan Warga Kendalikan Wabah DBD

Selasa, 15 Oktober 2019 - 22:26 WIB
Riset SITH ITB-NCHU Taiwan Libatkan Warga Kendalikan Wabah DBD
Para peneliti SITH ITB dan NCHU Taiwan memaparkan program penelitian pengendalian penyakit DBD di Kampus ITB, Selasa (15/10/2019). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) dan National Chung Hsing University (NCHU) dan Centre for Disease Control (CDC) Taiwan terus melanjutkan riset pengendalian wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Setelah melakukan serangkaian kegiatan penelitian, seperti monitoring dan surveillance endemik nyamuk, telur, vektor Aedes Aegypti dan sebagainya secara komprehensif sejak September 2018 silam, kedua belah pihak mulai melibatkan masyarakat di Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung, yang menjadi lokasi uji coba.

Pelibatan masyarakat dinilai penting. Pasalnya, masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya pengendalian wabah penyakit mematikan itu.

Tanpa keterlibatan masyarakat, program pengendalian wabah penyakit DBD dipastikan sulit terwujud.

"Agar program ini berhasil, keterlibatan masyarakat ini penting sekali," kata peneliti STIH ITB Intan Ahmad di sela-sela Seminar Progress of Indonesia-Taiwan Dengue Control and Prevention Cooperation Program di Gedung CRCS, Kampus ITB, Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Senin (15/10/2019).

Menurut Intan, para peneliti dari kedua belah pihak terjun langsung ke masyarakat untuk mengedukasi dan menyosialisasikan pengendalian wabah penyakit DBD, termasuk membentuk relawan juru pemantau jentik (jumantik) nyamuk Aedes aegypti, termasuk juru pemantau jentik cilik (jumancil) dengan melibatkan anak-anak usia sekolah dasar (SD).

"Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat mengenai upaya pencegahan dan pengendalian demam berdarah, baik masyarakat dengan tim sukarelawan maupun komunitas," ujar dia.

Intan menuturkan, kolaborasi yang dibangun SITH ITB dan NCHU-CDC Taiwan dalam pengendalian wabah penyakit DBD dilakukan melalui metode yang komprehensif, multipihak, dan terintegrasi.

Pasalnya, kerja sama juga melibatkan pemerintah sebagai pemegang kebijakan. "Kami di universitas melakukan penelitian dan hasilnya bersama-sama akan direkomendasikan ke pemerintah untuk mendapatkan tindakan," tutur Intan.

Meski begitu, Intan mengungkapkan, kerja sama yang dibangun bukan menerapkan teknologi pengendalian DBD di Taiwan, melainkan kerja sama riset.

Kedua belah pihak, ungkap dia, akan melakukan penelitian untuk mendapatkan solusi tepat dalam penanganan DBD di Indonesia.

"Ini kerja sama riset, jadi bukan kita ngambil (teknologi) dari mereka karena Indonesia kan dari sisi geografis negara yang luas, tapi kenapa mereka berhasil, kita akan coba, kita kembangkan dulu di Bandung," ungkapnya.

"Mereka sudah terbukti mampu mengurangi kasus DBD dari puluhan ribu menjadi kurang dari 100, itu kan luar biasa, jadi kami ingin belajar," kata Intan.

Disinggung kapan hasil riset tersebut dapat diterapkan, Intan mengatakan, hingga saat ini, riset masih terus berjalan. Dia pun belum dapat menentukan kapan riset ini berakhir.

Menurut dia, pihaknya akan terus mematangkan riset, agar dapat diperoleh data lengkap, mulai dari tingkat populasi hingga jenis virus DBD dari tahun ke tahun.

"Namun, jika berkaca pada pengalaman Taiwan, mereka butuh waktu sekitar dua tahun hingga benar-benar bisa mengendalikan wabah DBD," tandas dia.

Sementara itu, Deputi Direksi Umum CDC Jen-Hsiang Chuang membenarkan bahwa pelibatan masyarakat dalam pengendalian wabah DBD sangat penting.

Pencegahan dan pengendalian wabah DBD dapat dimulai dari rumah tangga dan edukasi di sekolah-sekolah.

Chuang menyebutkan, wabah penyakit DBD sempat menyerang Taiwan dengan korban jiwa yang mencapai ratusan. Berkaca dari peristiwa itu, pihaknya kemudian melakukan penelitian untuk mengendalikan wabah penyakit DBD melalui metode surveillance vektor DBD tersebut.

Menurut dia, metode ini juga menjadi acuan bagi masyarakat untuk menghadapi serangan wabah DBD, termasuk bagaimana mengenali gejala awal terserang penyakit DBD. Sehingga, masyarakat pun dapat melakukan upaya penanganan jika terjangkit DBD.

"Kami ingin berbagai pengalaman penanganan demam berdarah, berbagi cara, dan sama-sama belajar," kata Chuang.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1423 seconds (0.1#10.140)