Pemprov Bangun 23 Jembatan Gantung untuk Dongkrak Ekonomi Warga Jabar

Jum'at, 11 Oktober 2019 - 21:32 WIB
Pemprov Bangun 23 Jembatan Gantung untuk Dongkrak Ekonomi Warga Jabar
Sasak (jembatan) gantung yang menghubungkan Desa Anjun menuju Kelewih di Kabupaten Majalengka. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
BANDUNG - Persoalan akses transportasi kerap menjadi penghambat kemajuan ekonomi, khususnya di daerah pelosok Jawa Barat. Guna mengatasi persoalan tersebut, Pemprov Jabar menggulirkan program Jembatan Gantung Desa (Jantung Desa).

Melalui program tersebut, Pemprov Jabar berharap, masyarakat mendapatkan kemudahan akses untuk mendukung aktivitas ekonominya, termasuk aktivitas keseharian. Bahkan, program tersebut diharapkan menjadi triger pengembangan sektor pariwisata di desa-desa.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPM-Desa) Dedi Supandi mengatakan, program Jantung Desa menjadi salah satu prioritasnya yang terus digeber. Tahun ini, sebanyak 23 jembatan gantung dalam proses pembangunan.

Dari 23 jembatan gantung yang tengah dibangun, lanjut Dedi, dua di antaranya bahkan kini sudah menunjukkan progress 100 persen, yakni jembatan gantung di Desa Sukaresmi dan Caringin, Kabupaten Sukabumi.

"Sementara di Desa Malati (Cianjur) dan Hegarmanah (Garut) sudah 99 persen. Desa Kalibunder (Sukabumi) sudah 75 persen selesai. Lalu, di Desa Mekarjaya, Cidaun, Cianjur sedang membuka jalan dan penggalian fondasi," kata Dedi di Bandung, Jumat (11/10/2019).

Disinggung soal anggaran pembangunannya, Dedi menjelaskan, pihaknya menyiapkan dana sebesar Rp200 juta untuk setiap jembatan gantung yang berasal dari APBD Jabar.

Namun, ujar Dedi, terdapat lima jembatan gantung yang pagu anggarannya di atas Rp200 juta mengacu pada hasil detail engineering design (DED)-nya

Kelima lokasi jembatan gantung dengan pagu anggaran yang lebih besar itu berlokasi di Desa Patimban, Subang; Desa Mekarsari, Kuningan; Desa Ciberung, Kuningan; Desa Sukaasih, Tasikmalaya; dan Desa Bantarujeg, Majalengka.

"Lima lokasi ini dananya membengkak lantaran faktor panjang dan fondasi jembatan itu sendiri. Sementara dalam anggaran hanya terpatok di angka Rp200 juta per jembatan," ujar dia.

Untuk menutupi kekurangan anggaran tersebut, pihaknya melakukan kolaborasi melalui corporate social responsibility (CSR), agar kelima jembatan gantung tersebut segera terwujud.

Menurut Dedi, program Jantung Desa mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Mereka bahu membahu membantu pembangunan jembatan gantung.

Sebab, mereka pun sudah sejak lama mengharapkan adanya bantuan pembangunan jembatan guna mendukung aktivitas sehari-harinya, termasuk aktivitas perekonomian. "Bahkan, jembatan gantung kini menjadi objek wisata, seperti jembatan gantung di Majalengka," tutur Dedi.

Dedi mengungkapkan, dinamika yang terjadi dalam proses pembangunan jembatan gantung, umumnya terkait persoalan lokasi yang jauh dari pusat kota. Kondisi tersebut menyulitkan pihaknya dalam mendistribusikan material jembatan gantung.

"Ada beberapa kondisi bahan baku dan material yang memang harus dibawa oleh tenaga kerja, misalnya di Cianjur Selatan dan Sukabumi, kondisinya cukup menyulitkan," ujarnya.

Dedi menambahkan, pihaknya juga mendapatkan dukungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar dalam pelaksanaan program Jantung Desa ini.

"Ada kolaborasi kegiatan lain dari pengembangan jembatan gantung ini yakni program padat karya dukungan dari Disnakertrans," pungkas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0403 seconds (0.1#10.140)