Kemenperin Dorong Kemajuan Produk TPT lewat Sertifikasi 500 Penjahit

Jum'at, 11 Oktober 2019 - 16:49 WIB
Kemenperin Dorong Kemajuan Produk TPT lewat Sertifikasi 500 Penjahit
Kemenperin menggelar Bimbingan Teknis Sertifikasi Pakaian Jadi kepada 165 orang di Gedung TPT Indag, Jalan Cijerah, Kota Bandung, Jumat (11/10/2019). Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong tumbuhnya wirausaha baru pada produk tekstil produk tekstil (TPT), melalui peningkatan tenaga profesional penjahit. Pemerintah menargetkan sebanyak 500 tenaga penjahit bisa tersertifikasi.

Direktur IKM Kimia Sandang Kerajinan dan Industri Aneka Kemenperin E Ratna Utarianigrum mengatakan, pihaknya terus mendorong lahirnya wirausaha baru dari sektor TPT. Apalagi potensi dari bisnis ini diprediksi akan terus membaik, seiring pangsa pasar yang cukup baik di dalam negeri.

"Ekspor pakaian jadi juga terus tumbuh, saat ini mencapai USD5,6 juta. Diperkirakan akan terus tumbuh terus. Ini menjadi tantangan kita bersama," kata Ratna usai penutupan acara Bimbingan Teknis Sertifikasi Pakaian Jadi di Gedung TPT Indag, Jalan Cijerah, Kota Bandung, Jumat (11/10/2019).

Upaya mendorong tumbuhnya wirausaha baru dari produk pakaian jadi, ujar dia, dilakukan melalui sertifikasi tenaga penjahit. Pada sertifikasi yang digelar kali ini, ada 165 peserta yang ikut. Mereka adalah penjahit namun belum memiliki sertifikasi atas keahliannya.

"Ini sebenarnya baru berjalan dua tahun. Kami menargetkan 500 penjahit memiliki sertifikasi keahlian hingga akhir tahun 2019. Dengan begitu, diharapkan mutu dan kualitas jahitan mereka terstandarisasi dan memenuhi kebutuhan buyer," ujar dia.

Kegiatan Bimbingan dan Sertifikasi SKKNI dilakukan di kota lainnya, yaitu Surabaya, DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Semarang dan Yogyakarta. Kegiatan ini penting dilakukan karena selama ini IKM fesyen/desainer menghadapi permasalahan mendapatkan penjahit yang mampu memproduksi pakaian dalam jumlah banyak dan kualitas yang terstandardisasi.

"Karena biasanya kalau membuat sampel bagus tapi ketika menjahit dalam jumlah banyak kualitasnya tidak sebaik sampel. Padahal, mutu sebuah produk sangat ditentukan oleh bahan dan jahitannya. Pembeli akan melihat kerapihan jahitan saya membeli produk," tutur Ratna.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1272 seconds (0.1#10.140)