Kondisi Taman Junghuhn di Lembang Semakin Tak Terurus

Kamis, 10 Oktober 2019 - 21:46 WIB
Kondisi Taman Junghuhn di Lembang Semakin Tak Terurus
Pelajar sedang bermain di monumen Taman Junghuhn di Kampung Genteng, RT 04/11, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, KBB. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Salah satu dari sekian banyak ilmuwan yang berjasa dalam bidang ilmu sains dan berhasil mengharumkan nama Kota Bandung ke seluruh dunia adalah Franz Wilhelm Junghuhn.

Totalitas Junghuhn dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dengan berbagai penelitian yang dilakukannya terhadap tumbuh-tumbuhan tropis di negeri ini, membuat dia menemukan manfaat dari keberadaan pohon Kina (Cinchona Calisaya) untuk pengobatan malaria.

Junghuhn yang lahir di Mansfeld, Jerman pada 26 Oktober 1809, memang dikenal sebagai seorang doktor, botanikus, dan geolog andal.

Sumbangsih tenaga dan pikiran Junghuhn dalam ilmu pengetahuan sangat dirasakan manfaatnya oleh generasi sekarang.

Sebagai kenangan akan jasa-jasanya, di makam pria yang wafat di Lembang pada 24 April 1864 saat berumur 54 tahun ini, dibuatkan sebuah monumen bernama Taman Junghuhn di Kampung Genteng, RT 04/11, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Di monumen yang telah usang tersebut tertulis tanggal, bulan, dan tahun kelahiran serta wafatnya sang ilmuwan. Di bagian lain, terdapat plang bertuliskan biogragi singkat Junghuhn.

Disebutkan jika dirinya termasuk seorang ilmuwan besar dari abad ke-19, hasil karyanya berupa penyelidikan alam gunung api, iklim, dan geografi pulau Jawa.

Sampai akhir hayatnya dia bertugas mengelola perkebunan Kina pertama di Jabar, hingga kemudian Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Kina.

Namun cagar budaya Taman Junghuhn itu kondisinya sekarang tampak tidak terawat dan terbengkalai. Taman tersebut saat ini terlihat sudah tidak tertata, bahkan hanya tampak seperti kebun biasa yang banyak sampah dan daun-daun kering yang beserakan di sekitar taman.

Sebuah makam yang berada di sekitar taman juga bagian temboknya sebagian sudah hancur. Meski tidak ada keterangan jelas terkait keberadaan makam siapa yang ada di taman tersebut.

"Sudah 10 tahun kondisinya seperti ini, tidak terurus," kata salah seorang warga sekitar, Oting (68) saat ditemui di lokasi, Kamis (10/10/2019).

Dia yang sejak kecil bermukim di sekitar Taman Junghuhn menyebutkan, jika dulu taman ini sangat asri, bersih, luas, dan tertata.

Kondisinya sangat nyaman untuk dijadikan taman rekreasi keluarga, sehingga dirinya berharap taman tersebut kondisinya bisa seperti dulu lagi.

"Saya sejak kecil di sini, jadi tahu kondisi dulu dan sekarang. Dulu sangat nyaman dan masih asri, belum banyak bangunan, tidak seperti sekarang ini," ujar Oting.

Sementara Ketua RT 04 Ayi Mahfud mengakui bahwa taman tersebut sejak lama tidak terawat. Bahkan jaman dulu kerap digunakan oleh pemuda untuk melakukan hal yang negatif karena tidak ada penjaganya.

Dirinya berharap ada penataan taman tersebut dari pihak terkait agar lebih nyaman bagi yang berkunjung. Termasuk untuk menebang pohon-pohon yang sudah tua, kecuali Pohon Kina yang dilindungi dan dilarang untuk ditebang.

"Semoga aja taman ini diperhatikan supaya tidak kotor dan terbengkalai. Sayang ini kan warisan dunia dan penghargaan kepada Junghuhn," ungkap Ayi.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6597 seconds (0.1#10.140)