Buwas Diminta Segera Laporkan Dugaan Pemalsuan Beras Bulog ke Polisi

Kamis, 03 Oktober 2019 - 22:11 WIB
Buwas Diminta Segera Laporkan Dugaan Pemalsuan Beras Bulog ke Polisi
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Foto/SINDONews/Dok
A A A
BANDUNG - Direktur Utama Badan Usaha Logistik (Bulog) Budi Waseso (Buwas) diminta tidak berpolemik soal kasus pemalsuan beras Bulog. Ketimbang berpolemik, Buwas diminta melaporkan hal itu kepada aparat penegak hukum.

Sebelumnya, Buwas mengatakan, telah menyiapkan 700.000 ton beras hingga untuk disalurkan melalui program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) hingga akhir tahun ini. Namun, Buwas pesimistis target itu terpenuhi karena hingga September 2019, penyaluran beras Bulog baru terealisasi 30.000 ton.

Buwas berdalih, Bulog difitnah dengan modus pemalsuan beras, sehingga kualitas beras yang dikeluarkan Bulog seakan-akan jelek dan masyarakat tidak tertarik mengonsumsi beras Bulog.

Mantan Dirut Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, sebagai mantan penegak hukum, Buwas selayaknya melaporkan dugaan kasus tersebut kepada penegak hukum dibanding berseloroh di media massa.

Menurut dia, ketidakmampuan menyalurkan beras Bulog berhubungan dengan suplainya. Oleh karenanya, dia menantang Buwas untuk membuktikan ucapannya soal pemalsuan beras Bulog.

"Kalau saya secara pribadi buktikan saja, kalau ada masalah ya tinggal dibuktikan yang mana," kata Sutarto dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Kamis (3/10/2019) malam.

"Ya kalau ada yang memfitnah, saya kira beliau tahu persis mestinya diproses hukum saja. Kalau ada yg bermain-main, ya diproses hukum saja. Sehingga tidak jadi polemik," sambungnya.

Menyoal program BPNT, Sutarto menjelaskan, penyaluran beras Bulog melalui BPNT sebenarnya sudah lama dibicarakan. Bahkan, saat menjabat Dirut Bulog, dirinya pernah menyarankan penyaluran beras Bulog lewat BPNT seharusnya dilakukan sejak Januari 2019.

"Saran kita dulu begitu dan saran ini sudah kita sampaikan kepada bapak Presiden secara langsung," katanya.

Menurut Sutarto, jika penyaluran beras Bulog lewat BPNT sudah dilakukan sejak Januari 2019 lalu, persoalan tudingan kualitas beras Bulog yang dikeluhkan dipastikan tidak akan terjadi.

"Kalau Januari sampai sekarang kan sudah delapan bulan. Coba kalau sudah dimulai sejak Januari lalu, artinya sebagian besar berasnya sudah keluar kemudian bisa membeli beras yang baru," jelasnya.

Dia juga menilai, mengembalikan program BPNT ke Bulog kini sudah terlambat. Pasalnya, Bulog sendiri bertugas menjaga stabilitas harga. Sementara, stabilitas harga berhubungan dengan suplai beras dari petani.

Sementara itu, peneliti Indef Rusli Abdullah mengatakan, hal yang mungkin bisa dilakukan pemerintah atau Kementerian Sosial (Kemensos) sebagai penyelenggara BPNT untuk menggenjot serapan beras Bulog, yakni membagi wilayah distribusi beras BPNT, misalnya Bulog memegang penuh distribusi di Pulau Jawa atau Sumatera, sedangkan pemasok lain di pulau lain.

"Kita kan tahu gudang-gudang Bulog berada hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jadi, bisa saja pemerintah mengatur itu, sehingga beras-beras yang ada di Gudang Bulog bisa tersalurkan," jelasnya.

Dia menambahkan, kualitas beras BPNT medium ke atas juga harus tetap terjaga. Sebab, jika beras menumpuk terlalu lama di gudang, maka akan terjadi penurunan kualitas.

"Harus di cek dulu data di Bulog, apakah beras yang kualitasnya menurun itu ada di gudang-gudang sehingga tidak bisa disalurkan ke BPNT," katanya.

Diketahui, Bulog dipercaya menjadi penyedia beras BPNT 2019 sebanyak 100 persen oleh Kemensos dari sebelumnya 30 persen. Namun, hal itu tidak sepenuhnya terealisasi. Hingga saat ini, Bulog masih juga berhadapan dengan distributor beras dari pemasok lainnya.

Buwas menuding, ada pemalsuan merek beras. Di karung beras terlihat merek premium, namun nyatanya distributor menjual kualitas medium. Selain itu, dalam temuan timnya, dari 3000 e-Warong, sekitar 300 di antaranya 'bodong'.

Dia juga mengungkapkan kegeramannya setelah beredar tudingan yang menyebut beras BPNT Bulog bau dan berkutu.

"Kalau beras bulog bau viral, itu hanya ingin membangun opini bahwa beras Bulog jelek," ujarnya.

Buwas mengakui bahwa Bulog baru menyalurkan sekitar 30.000 ton beras dari penugasan 700.000 ton beras untuk program BPNT 2019.

"Perintahnya 100 persen, tapi gak bisa. Bayangkan, satu bulan pertama seharusnya minimal 130.000 ton, tapi faktanya sekarang masih 30 ribu ton, yang lainnya dikuasai sama sontoloyo-sontoloyo ini," katanya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3985 seconds (0.1#10.140)