Dampak Karhutla, Unicef Sebut 10 Juta Anak-Anak dalam Bahaya

Kamis, 26 September 2019 - 08:55 WIB
Dampak Karhutla, Unicef Sebut 10 Juta Anak-Anak dalam Bahaya
Penanganan kebakarana hutan dan lahan. Foto/Istimewa/BNPB
A A A
JAKARTA - Badan PBB yang memusatkan perhatiannya kepada anak-anak, Unicef, memberikan perhatian khusus terhadap musibah kebakaran hutan di Indonesia. Menurut Unicef, kebakaran hutan di Indonesia menempatkan hampir 10 juta anak dalam bahaya karena polusi udara.

Kebakaran hutan telah memuntahkan kabut beracun di Asia Tenggara dalam beberapa pekan terakhir. Peristiwa ini membuat sekolah dan bandara ditutup, orang-orang pun membeli masker dan mendapatkan perawatan medis karena penyakit pernapasan.

Pemerintah telah mengerahkan puluhan ribu personel dan pesawat pembom air untuk mengatasi kebakaran yang terjadi untuk membersihkan lahan pertanian. Kebakaran merupakan masalah tahunan tetapi tahun ini adalah yang terburuk sejak 2015 karena cuaca kering.

Menurut Unicef, hampir 10 juta orang di bawah 18 tahun - seperempat dari mereka di bawah lima tahun - tinggal di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak kebakaran di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Unicef mengatakan anak-anak sangat rentan karena sistem kekebalan yang tidak berkembang, sementara bayi yang lahir dari ibu yang terpapar polusi selama kehamilan mungkin memiliki masalah seperti berat badan lahir yang rendah. "Kualitas udara yang buruk adalah tantangan yang berat dan terus berkembang bagi Indonesia," kata Debora Comini dari Unicef.

"Setiap tahun, jutaan anak menghirup udara beracun yang mengancam kesehatan mereka dan menyebabkan mereka bolos sekolah, mengakibatkan kerusakan fisik dan kognitif seumur hidup," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (26/9/2019).

Ribuan sekolah telah ditutup di seluruh Indonesia karena kualitas udara yang buruk, dengan jutaan anak-anak kehilangan kelas.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan langit merah darah di atas Provinsi Jambi, pada tengah hari karena kabut asap.

Selain itu, sekolah-sekolah terpaksa ditutup di seluruh Malaysia pekan lalu ketika kabut asap dari Indonesia menutupi langit, sementara Singapura juga diselimuti kabut asap selama balapan motor Formula Satu pada akhir pekan lalu.

Sebuah pusat ramalan regional mengatakan jumlah "hotspot" - daerah dengan panas yang sangat kuat yang terdeteksi oleh satelit yang mengindikasikan kemungkinan kebakaran telah turun tajam di Sumatera. Kebakaran di pulau itu biasanya dituding sebagai penyebab kabut asap di Malaysia dan Singapura.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7013 seconds (0.1#10.140)