Masyarakat Pangandaran Harus Bisa Bedakan Hoaks dan Informasi
A
A
A
PANGANDARAN - Komisi I DPR dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komekominfo) gelar sosialisasi tentang bahaya hoaks di salah satu hotel, Kabupaten Pangandaran, Minggu (15/9/2019).
Anggota Komisi I DPR dari Daerah Pilihan Kabupaten Ciamis, Kuningan, Pangandaran, dan Kota Banjar Budi Youyastri mengatakan, informasi bohong atau hoaks selalu ada. Karena itu, masyarakat harus bisa memilah dan memilih informasi serta mampu membedakan antara hoaks dan informasi yang benar.
"Hoaks biasanya dibuat atas dasar kepentingan sesaat tanpa memikirkan dampak dan risiko yang bakal terjadi," kata Budi.
Budi berharap, masyarakat bisa bersikap dewasa dan bijak saat mendapatkan informasi dari media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
"Agama kita mengajarkan, jika bisa menyampaikan kata-kata yang baik maka sampaikan, tapi kalau tidak bisa menyampaikan yang baik mending diam," ujar Budi.
Kepala Sub Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Kemenkominfo) Hipolitus Layanan mengatakan, dampak media sosial sangat besar mempengaruhi pola pikir masyarakat.
"Hoaks biasanya disebar melalui media sosial dan hal itu bisa mengancam persatuan dan kesatuan masyarakat," kata Hipolitus.
Biasanya, ujar dia, sumber penyebar hoaks tidak jelas dan diberi judul bombastis untuk merangsang pikiran pembaca agar penasaran.
"Hoaks pun biasanya disajikan tanpa detail dan kronologi tidak jelas. Maka, hati-hati jika mendapat informasi yang belum akurat," ujar dia.
Hipolitus berpesan apabila masyarakat mendapatkan informasi yang negatif hendaknya tidak menyebarkan karena akan menyesatkan orang yang menerimanya.
Anggota Komisi I DPR dari Daerah Pilihan Kabupaten Ciamis, Kuningan, Pangandaran, dan Kota Banjar Budi Youyastri mengatakan, informasi bohong atau hoaks selalu ada. Karena itu, masyarakat harus bisa memilah dan memilih informasi serta mampu membedakan antara hoaks dan informasi yang benar.
"Hoaks biasanya dibuat atas dasar kepentingan sesaat tanpa memikirkan dampak dan risiko yang bakal terjadi," kata Budi.
Budi berharap, masyarakat bisa bersikap dewasa dan bijak saat mendapatkan informasi dari media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
"Agama kita mengajarkan, jika bisa menyampaikan kata-kata yang baik maka sampaikan, tapi kalau tidak bisa menyampaikan yang baik mending diam," ujar Budi.
Kepala Sub Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Kemenkominfo) Hipolitus Layanan mengatakan, dampak media sosial sangat besar mempengaruhi pola pikir masyarakat.
"Hoaks biasanya disebar melalui media sosial dan hal itu bisa mengancam persatuan dan kesatuan masyarakat," kata Hipolitus.
Biasanya, ujar dia, sumber penyebar hoaks tidak jelas dan diberi judul bombastis untuk merangsang pikiran pembaca agar penasaran.
"Hoaks pun biasanya disajikan tanpa detail dan kronologi tidak jelas. Maka, hati-hati jika mendapat informasi yang belum akurat," ujar dia.
Hipolitus berpesan apabila masyarakat mendapatkan informasi yang negatif hendaknya tidak menyebarkan karena akan menyesatkan orang yang menerimanya.
(awd)