Pro Kontra Wacana Ganti Nama BIJB Jadi Bandara BJ Habibie

Minggu, 15 September 2019 - 00:15 WIB
Pro Kontra Wacana Ganti Nama BIJB Jadi Bandara BJ Habibie
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati, Majalengka. Foto/SINDOnews
A A A
MAJALENGKA - Wacana penamaan Bandara BJ Habibie untuk Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Kabupaten Majalengka.

Sebagian masyarakat menilai, penamaan bandara yang berlokasi di Kertajati, Kabupaten Majalengka itu, sudah semestinya menggunakan nama tokoh lokal Majalengka.

Namun, yang lain, dengan alasan untuk menghindari ego kedaerahan di Majalengka, nama BJ Habibie juga dinilai layak untuk disematkan di BIJB.

Naro, sejarawan dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) menilai, penamaan bandara sudah sepantasnya menggunakan nama tokoh Majalengka. Menurut dia, terdapat sejumlah tokoh Majalengka di masa lalu yang memiliki jasa yang besar.

"Gak setuju lah (penamaan nama BJ Habibie untuk BIJB). Memangnya gak ada tokoh pahlawan di Majalengka," kata Naro kepada SINDONews, Sabtu (14/9/2019).

Nama KH Abdul Halim sebagai salah satu tokoh Majalengka dinilai Naro lebih tepat untuk menjadi nama bandara milik Pemprov Jabar itu seperti KH Abdul Halim, Ki Bagus Rangin atau tokoh kerajaan Talaga yang membangkang kepada pemerintahan kolonial Belanda, Arya Sachanata 2.

"Arya Sachanata menolak pemerintahan Talaga dipindahkan ke Maja tahun 1819, sehingga beliau dicopot dari jabatannya sebagai Adipati atau Bupati, dipensiunkan. Tinggal pilih yang mana tokohnya, yang asli Majalengka. Jangan dari luar," bebernya.

"KH Abdul Halim kan sudah jelas pahlawan nasional. Ki Bagus Rangin sudah tak diragukan perjuangannya. Bahkan beliau pergerakannya di daerah hilir, Kertajati, Jatitujuh," tambah Naro.

Berbeda dengan Naro, budayawan Wa Kijoen menilai, penamaan BJ Habibie untuk BIJB dinilai cukup layak.

"Sebuah bentuk penghargaan terhadap kiprah beliau. Jadi sangat layak dan pantas, nama bandara BIJB diberi nama Bandara Internasional BJ Habibie," katanya.

Terkait penamaan tokoh Majalengka, dalam hal ini KH Abdul Halim dan Ki Bagus Rangin, menurut dia, hal itu berpeluang menuai gesekan antarmasyarakat di Majalengka sendiri.

"Dua nama itu akan menuai fanatisme geografis antara hulu dan hilir. Kita belum terbiasa beda pendapat, apalagi didasari oleh wilayah geografis," jelas dia.

"Pertimbangannya itu, kalau bukan didominasi oleh ego daerah yang berlebihan, tentu bandara itu sudah ada namanya. Akhirnya, persoalan geografis beralih menjadi geopolitis karena ada kepentingan pencatatan sejarah siapa yang mengusulkan," tandas Wa Kijoen.

Wacana penggantian nama BIJB menjadi Bandara BJ Habibie sendiri berawal dari petisi petisi Change.Org bertajuk "Mengganti nama Bandara BIJB Kertajati menjadi Bandara BJ. Habbie" yang diprakarsai oleh Ihsan joe.

Responden yang menandatangani petisi tersebut menyatakan dukungannya. Mereka menilai, BJ Habibie yang bernama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie itu sangat layak diabadikan sebagai nama bandara yang berlokasi di wilayah timur Provinsi Jabar itu.

Terlebih, mereka juga menilai, sosok BJ Habibie sangat lekat dengan bidang kedirgantaraan lewat inovasinya dalam bidang penerbangan, khsususnya pembuatan pesawat.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6309 seconds (0.1#10.140)