Biaya Operasional Bank di Indonesia Tertinggi di Kawasan ASEAN

Rabu, 11 September 2019 - 16:59 WIB
Biaya Operasional Bank di Indonesia Tertinggi di Kawasan ASEAN
Pengamat perbankan Wira Satria. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank-bank di Indonesia dinilai masih terlalu tinggi, dibandingkan beberapa negara di kawasan ASEAN. Akibatnya, bunga pinjaman yang ditanggung nasabah lebih tinggi.

Praktisi perbankan Wira Satria mengatakan, BOPO perbankan di Indonesia 80,24% per Juni 2019. Angka tersebut terjadi kenaikan dibanding periode sama tahun lalu sebesar 79,46%.

BOPO perbankan di Indonesia itu sangat tinggi dibandingkan dengan perbankan di negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, rata-rata BOPO sudah di bawah 50%.

"Perbankan di Indonesia juga masih mematok bunga kredit sangat tinggi, dua kali lipat dari negara-negara lain di ASEAN, dengan selisih (spread) 4-6% dari bunga deposito. Tak mengherankan jika margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan Indonesia pun tertinggi, mencapai 4,9% dibanding negara negara tetangga sebesar 2-3,5%," kata Wira di Bandung, Rabu (11/9/2019).

Wira yang aktif di Asosiasi Bankir Indonesia (ABI) ini mengatakan, beberapa hal yang menjadi kendala perbankan nasional masih memiliki BOPO tinggi, yaitu perbankan mesti bersaing dengan pemerintah.

Di mana pemerintah gencar menerbitkan surat berharga negara (SBN). Pemerintah menawarkan kupon lebih tinggi dari suku bunga deposito perbankan. Hal itu memicu perpindahan dana dari deposito bank ke SBN ritel dalam jumlah masif.

Sehingga tidak ada cara lain bagi perbankan selain menaikkan special rate untuk menjaga likuiditas. Akibatnya, terjadilah perang bunga dan BOPO menjadi tinggi.

"Bank-bank di Indonesia harus bisa menurunkan BOPO, untuk dapat bersaing dengan perbankan di ASEAN. Semakin efisien suatu bank, semakin besar pula peluangnya untuk memenangi persaingan," ujar dia.

BOPO dapat ditekan jika melakukan sinergi dengan industri fintech, terutama bagi bank kecil yang tidak memiliki dana besar untuk investasi teknologi.

Selain itu, sudah saatnya perbankan akselerasi pembentukan beberapa produk dan layanan elektronik serta digital banking, seperti pengembangan e-money server based untuk transaksi menggunakan QR code atau tap code. Aplikasi yang lebih user friendly.

Setelah memiliki kemampuan teknologi, perbankan nasional bisa lebih kompetitif dengan bank-bank lain di ASEAN. Wira yakin jika aksi korporasi ini dilakukan, terutama dengan digitalisasi perbankan, BOPO perbankan di Indonesia akan berhasil mencapai target.

Langkah lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan konsolidasi, merger dan akuisisi. Karena perbankan di Indonesia saat ini jumlahnya masih banyak yaitu mencapai 112 bank. Sehingga jumlah bank di Tanah Air harus dikurangi.

Salah satu yang berperan penting untuk terlaksananya strategi ini adalah regulator seperti OJK. Lembaga ini harus memberikan insentif atau reward yang menarik untuk mendorong agar perbankan domestik mau melakukan konsolidasi, merger dan akuisisi.

Aksi korporasi ini tentunya tidak mudah direalisasikan bagi sejumlah bank, semisal karena ada ego pemegang saham dan masalah internal yang kompleks.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.2024 seconds (0.1#10.140)