SGE-Disdik Jabar Buka Beasiswa Perawat Lansia Bersertifikat Jepang

Selasa, 10 September 2019 - 20:45 WIB
SGE-Disdik Jabar Buka Beasiswa Perawat Lansia Bersertifikat Jepang
CEO SGE Rudi Subiyanto memberikan cinderamata kepada Kepala Disdik Jabar Dewi Sartika dalam Seminar Program Beasiswa Perawat Lansia Bersertifikat Jepang, Selasa (10/9/2019). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Yayasan Pendidikan Sentra Global Edukasi (SGE) memberikan peluang emas bagi para lulusan SMA dan SMK di Jabar untuk mendapatkan pendidikan sekaligus pekerjaan di Jepang lewat program Beasiswa Perawat Lansia Bersertifikat Jepang.

Program tersebut menjadi terobosan yang digulirkan SGE dan Disdik Jabar untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pemahaman global para lulusan SMA dan SMK di Jabar. Lewat program beasiswa tersebut, para lulusan SMA/SMK berpeluang mendapatkan sertifikat sekaligus pekerjaan dengan penghasilan yang tentunya tinggi.

CEO SGE, Rudi Subiyanto menjelaskan, program beasiswa tersebut menjadi bagian dari program besar SGE yang dituangkan dalam konsep Japan Indonesia Student Net (JISN). Tidak tanggung-tanggung, melalui konsep tersebut, SGE ingin menciptakan tenaga kerja terampil sekaligus calon-calon pemimpin bangsa ini.

"Seluruh siswa yang mengikuti program ini bakal ditempa. Tidak hanya dari sisi manners, mental mereka juga akan dibangun menjadi mental seorang pemimpin," ungkap Rudi di sela-sela Seminar Program Beasiswa Pendidikan Perawat Lansia Bersertifikat Jepang bagi Lulusan SMA/SMK di Kantor Disdik Jabar, Jalan Dr Rajiman, Kota Bandung, Selasa (10/9/2019).

Rudi menyebut, program beasiswa hasil kolaborasi antara SGE dan Disdik Jabar bersama Okayama Institute of Languages, Konan Gakuen, dan Konan Group Welfare Hospital Kochi Jepang ini sebagai solusi cerdas. Pasalnya, setiap lulusan SMA/SMK nantinya akan mendapatkan sertifikat setelah menjalani masa pendidikan selama tiga tahun di Jepang sekaligus jaminan pekerjaan di Jepang.

"Kita memberikan solusi cerdas. Jadi, bukan lagi pekerjaan yang dicari, tapi pekerjaan yang nantinya mencari kita," ujarnya.

Selama menjalani masa pendidikan pun, tambah Rudi, para siswa yang menjalani program beasiswa ini akan tetap mendapatkan penghasilan untuk membiayai kehidupannya di Jepang layaknya para pekerja magang di Jepang dengan kisaran penghasilan antara Rp10-15 juta per bulan.

"Setelah mereka lulus dan bekerja, penghasilan mereka setidaknya tak kurang dari Rp22 juta per bulan," imbuhnya.

Meski iming-iming penghasilan yang didapat terbilang besar, Rudi mengakui, untuk mendapatkan peluang beasiswa ini tidaklah mudah. Pasalnya, setiap siswa yang dinyatakan layak mendapatkan beasiswa ini harus menjalani serangkaian tes yang sangat ketat.

"Perekrutannya memang sangat ketat. kan hanya harus bisa bahasa Jepang, tapi juga harus berpredikat baik, terutama dari dua hal, yakni manners dan mental. Dari sisi manners, siswa harus berperilaku baik karena nantinya meraka akan merawat para lansia," terangnya.

Dalam seminar yang diikuti para kepala SMA/SMK di Jabar itu, Rudi juga menegaskan, program beasiswa ini bukanlah program magang kerja di Jepang, melainkan program pendidikan sekaligus berkarir di Jepang. Para siswa akan dididik menjadi tenaga terampil dan mendapatkan sertifikat berstandar Jepang.

"Sehingga, kalaupun mereka kembali ke Indonesia, mereka tetap bisa berkarir karena telah mengantongi sertifikat berstandar Jepang," katanya.

Menurut Rudi, program magang bekerja di Jepang sendiri sebenarnya menjadi boomerang bagi siswa yang mengikutinya. Pasalnya, kata Rudi, saat mereka selesai magang dan kembali ke Tanah Air, mereka tidak mengantongi sertifikat apapun. Di lain sisi, usia mereka bukan lagi usia pencari kerja.

"Tadi saya sampaikan kepada kepala sekolah, jangan berbangga dengan istilah magang, itu jadi boomerang. Sebab, sebenarnya mereka belum waktunya untuk bekerja. Mereka mentalnya belum siap, tapi dipaksakan bekerja untuk mendapatkan gaji Rp10-15 juta. Itu jadi boomerang karena saat kembali ke Tanah Air, usia mereka sudah 25 tahun dan hanya mengantongi ijazah SMK, akhirnya sulit mendapat kerja dan menjadi pengangguran," paparnya.

Pihaknya yakin, program beasiswa ini menjadi salah satu solusi penyerapan lulusan SMA/SMK di Jabar menjadi tenaga terdidik dan terampil serta profesional. Program beasiswa ini pun, tambah Rudi, menjadi bukti perwujudan slogan 'SMK Bisa' dan SMK Go Internasional'.

"Alhamdulillah, hingga saat ini, total sudah ada 6 angkatan dengan jumlah siswa 105 orang yang menjalani program beasiswa lewat konsep JISN ini dalam berbagai sektor pekerjaan," tandasnya.

SGE-Disdik Jabar Buka Beasiswa Perawat Lansia Bersertifikat Jepang


Sementara itu, Kepala Disdik Jabar Dewi Sartika menyambut baik program beasiswa ini. Dia pun berharap, program yang digagas SGE ini akan membantu meningkatkan mutu pendidikan dan penyerapan lulusan SMA dan SMK di Provinsi Jabar.

Skema Program Beasiswa Perawat Lansia Bersertifikat Jepang

Program Beasiswa Pendidikan ini adalah program ikatan kontrak pendidikan dan bekerja di Jepang dengan skema sebagai berikut:

1. Pendidikan bahasa Jepang selama satu tahun enam bulan di Okayama Institute of Languages.

2. Pendidikan di Akademi Care Worker selama dua tahun.

3. Jaminan pekerjaan selama 3 tahun di beberapa rumah sakit lansia di Jepang sebagai tenaga perawat lansia bersertifikasi (Certified Care worker).

4. Selama mengikuti rangkaian pendidikan di Jepang, siswa akan mendapatkan pekerjaan paruh
waktu dan penghasilan untuk memenuhi biaya hidupnya selama di Jepang.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.0934 seconds (0.1#10.140)