Demi Air Bersih, Warga Titipkan Jeriken di Sumur Pantek
A
A
A
CIREBON - Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mendapatkan air bersih di musim kemarau panjang ini. Di Cirebon, Jawa Barat, warga bolak-balik menyimpan jeriken untuk mendapatkan air bersih dari sumur pantek yang disediakan pihak desa setempat.
Puluhan jeriken dan ember ini memadati area sumur pantek di Blok Sampiran, Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Kamis (5/9/2019) pagi. Jeriken milik warga setempat ini sengaja disimpan menunggu giliran pengisian air yang diatur oleh tokoh masyarakat desa setempat.
Warga pun tampak hilir mudik mengangkut jeriken yang telah terisi untuk kemudian kembali lagi mengisi. Menurut warga, Rani, aktivitas di sumur pantek yang disediakan pihak desa ini sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir. Keringnya sumur dan sungai memaksa warga mencari sumber-sumber air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mulai dari masak, minum, hingga MCK. "Nggak ada sumur lagi, kering semua," kata Rani, Kamis (5/9/2019).
Sebelum dijaga oleh tokoh desa setempat, sumur pantek ini selalu jadi rebutan warga dalam mengambil air. Untuk menghindari keributan, akhirnya tokoh desa menengahi dan mengatur pembagian agar lebih tertib. Operasionalnya pun dibagi mulai dari pagi, siang, sore, hingga dini hari.
"Kalau nggak ditungguin, berebut. Jadi saya yang nungguin, jadi enak ada yang ngatur," kata Kanadi, sesepuh Desa Sampiran.
Diketahui, Desa Sampiran menjadi salah satu desa paling parah krisis air bersih dampak kemarau panjang.
Puluhan jeriken dan ember ini memadati area sumur pantek di Blok Sampiran, Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Kamis (5/9/2019) pagi. Jeriken milik warga setempat ini sengaja disimpan menunggu giliran pengisian air yang diatur oleh tokoh masyarakat desa setempat.
Warga pun tampak hilir mudik mengangkut jeriken yang telah terisi untuk kemudian kembali lagi mengisi. Menurut warga, Rani, aktivitas di sumur pantek yang disediakan pihak desa ini sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir. Keringnya sumur dan sungai memaksa warga mencari sumber-sumber air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mulai dari masak, minum, hingga MCK. "Nggak ada sumur lagi, kering semua," kata Rani, Kamis (5/9/2019).
Sebelum dijaga oleh tokoh desa setempat, sumur pantek ini selalu jadi rebutan warga dalam mengambil air. Untuk menghindari keributan, akhirnya tokoh desa menengahi dan mengatur pembagian agar lebih tertib. Operasionalnya pun dibagi mulai dari pagi, siang, sore, hingga dini hari.
"Kalau nggak ditungguin, berebut. Jadi saya yang nungguin, jadi enak ada yang ngatur," kata Kanadi, sesepuh Desa Sampiran.
Diketahui, Desa Sampiran menjadi salah satu desa paling parah krisis air bersih dampak kemarau panjang.
(zik)